Apayang menjadi dasar hukum (yang diatur dalam AD/ART STIKES Muda) terkait organisasi 131 LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA Pertanyaan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini pertanyaan wawancara berdasarkan indicator strategi yang akan ditanyakan kepada informan sebagai narasumber. Kedua, melakukan wawancara Daftar Isi Pengertian Wawancara Jenis Wawancara Teknik Wawancara 1. Wawancara Bebas 2. Wawancara Mendalam Langkah-langkah Wawancara Tujuan Wawancara - Bagi mahasiswa tingkat akhir, wawancara pasti bukan lagi istilah asing. Wawancara adalah kegiatan tanya jawab untuk memperoleh suatu informasi dari narasumber tertentu. Pelaksanaannya yang sederhana membuat teknik satu ini banyak digunakan untuk mengumpulkan data yang mendalam dan masuk kerja, kamu harus melewati serangkaian wawancara. Untuk memperoleh data di tugas akhir, kamu juga kadang harus menggunakan teknik apa kamu tau jenis-jenis wawancara dan teknik yang tepat untuk melakukannya? Berikut ini beberapa hal yang perlu kamu ketahui mengenai wawancara, mulai dari pengertian hingga langkah-langkahnya! Pengertian WawancaraDilansir e-book Teori Wawancara Psikodiagnostik karya Fandi Rosi Sarwo Edi, wawancara adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi melalui interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Wawancara memang biasanya digunakan dalam proses perekrutan karyawan atau anggota baru, namun sejatinya wawancara tidak hanya terpatok pada kegiatan dalam bahasa Inggris disebut interview, berasal dari kata inter dan videre yang berarti melihat. Untuk itu, wawancara dapat diartikan sebagai tanya jawab secara lisan dengan tujuan publikasi. Dengan demikian, wawancara berbeda dengan percakapan merupakan perbedaan wawancara dengan percakapan selalu selalu responden dan pewawancara biasanya tidak saling yang diberikan harus bersifat netral dan tidak menggiring Diktat Pengantar Psikodiagnostik III karya Tanti Susilarini, Psikolog, berdasarkan prosedurnya, berikut merupakan beberapa jenis wawancara yang perlu kamu terpimpin atau wawancara terencana, di mana wawancara berlangsung formal atas dasar panduan pokok yang telah disusun tidak terpimpin atau wawancara insidental, di mana wawancara lebih bebas namun biasanya kurang bebas terpimpin, merupakan kombinasi wawancara terpimpin dan wawancara sasaran penjawab, wawancara dapat dibagi ke dalam beberapa jenis sebagai perseorangan, di mana wawancara berlangsung antara dua pihak one-on-one sehingga data yang didapat lebih kelompok, di mana wawancara berlangsung dengan narasumber atau pewawancara lebih dari 2 orang. Wawancara kelompok dapat menghasilkan informasi yang lebih luas dari berbagai sudut interview, di mana wawancara bertujuan untuk memperoleh data riset, sehingga bentuknya terstruktur dan cenderung interview, merupakan wawancara di dunia medis, bertujuan untuk memahami gejala-gejala yang dialami pasien untuk dapat mendiagnosis interview, merupakan wawancara dalam bentuk konsultasi yang biasa dilakukan di perusahaan maupun interview, merupakan wawancara dengan tujuan seleksi sejumlah orang dalam waktu interview, di mana wawancara dirancang untuk mengetahui apa saja motivasi dan keinginan narasumber dalam hal ini klien sebelum mengikuti treatment WawancaraMenurut jurnal Teknik Wawancara dan Observasi untuk Pengumpulan Bahan Informasi karya Dr. Drs. Ida Bagus Gde Pujaastawa, dkk, teknik wawancara adalah metode sistematis guna memperoleh data dalam bentuk pernyataan lisan mengenai suatu objek maupun peristiwa hal penting yang harus diperhatikan dalam wawancara adalah interaksi. Informasi diperoleh dari interaksi dengan narasumber. Seorang pewawancara harus mampu menciptakan situasi di mana narasumber dapat dengan bebas mengemukakan pendapatnya tanpa adanya tekanan maupun arahan yang dan Hughnes melalui karya ilmiah Metode dan Teknik Wawancara oleh Nina Siti Salmaniah Siregar menyatakan bahwa wawancara merupakan suatu seni kemampuan sosial, sehingga interaksi dengan narasumber harus bisa dibangun dengan topiknya, terdapat 3 bentuk teknik wawancara yang dapat digunakan, yakni sebagai Wawancara BebasSesuai dengan namanya, wawancara bebas dilakukan secara bebas tanpa fokus ke topik tertentu. Tidak perlu dilakukan perencanaan atau membuat janji, kamu bisa dengan santai menghampiri narasumber lalu bertanya langsung pada bebas ini biasa dilakukan di awal untuk memahami siapa saja yang perlu diwawancarai lebih dalam dan sebagai data pendukung informasi Wawancara MendalamWawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi komprehensif dan detail mengenai suatu objek atau peristiwa dan biasa hanya dilakukan pada informan kunci saja. Kamu harus menyiapkan panduan pertanyaan sebagai pedoman selama proses wawancara berlangsung agar topiknya tidak melenceng ke mendalam membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga kamu disarankan untuk membuat janji dulu dengan narasumber. Hasil wawancara ini disarankan direkam menggunakan recorder. Agar narasumber tidak gugup, maka sebaiknya recorder ini kamu sembunyikan dari pandangan pastikan kamu sudah memberitahu narasumber apa-apa saja yang akan kamu bahas. Hal ini bertujuan supaya mereka bisa mempersiapkan diri dan merasa lebih relax selama wawancara WawancaraLangkah-langkah wawancara dapat dilaksanakan sebagai terlebih dahulu siapa yang akan kamu wawancarai. Biasanya, ada banyak narasumber potensial yang bisa dimintai keterangan. Tetapkan narasumber yang paling relevan untuk dijadikan narasumber pokok masalah yang akan dibahas, kamu bisa mulai dengan menuliskan kata kunci di notes. Kamu juga bisa menyusun daftar pertanyaan sebagai pedomanmu selama pembicaraan dengan baik, saling mengenalkan diri sendiri dan lakukan obrolan kecil dengan narasumber. Ciptakan suasana kekeluargaan sehingga narasumber merasa pokok jawaban narasumber selama wawancara kamu tidak memberi pertanyaan yang menggiring kesimpulan hasil wawancaramu pada narasumber untuk memastikan apa yang kamu tangkap dengan apa yang dia sampaikan sudah hasil WawancaraDilansir dari buku Arif Teman Berlatih dan Belajar Cerdas karya Anastasiah Sri Hastuti, secara umum tujuan wawancara adalah untuk memperoleh data dan informasi dari narasumber. Setiap jenis wawancara memiliki tujuan khususnya interview bertujuan untuk memperoleh cukup data yang akan digunakan sebagai dasar penelitian. Sedangkan job interview bertujuan untuk mencari kesesuaian antara pelamar dengan pekerjaan yang dilamarnya sekaligus wadah untuk memahami kepribadian pelamar lebih satu hal yang sama, apa pun itu jenis wawancaranya, tujuan utama wawancara tetap dia beberapa hal seputar wawancara, mulai dari pengertian, teknik, hingga langkah-langkahnya yang perlu kamu ketahui. Bagaimana, semakin percaya diri menghadapi wawancara bukan? Simak Video "Pesona Wisata Sumenep Pantai, Sejarah, dan Tradisi" [GambasVideo 20detik] khq/fds Wawancaraterstruktur adalah salah satu metode wawancara yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang telah disusun untuk mengumpulkan data yang konsisten pada topik tertentu. implisit adalah sikap bawaan yang menciptakan keberpihakan atau ketidaksukaan terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan, misalnya, gender, orientasi seksual Wawancara terstruktur adalah salah satu metode wawancara yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang telah disusun untuk mengumpulkan data yang konsisten pada topik Terstruktur sifatnya data driven dan umumnya menggunakan pendekatan kuantitatif. Tidak hanya digunakan dalam wawancara kerja, Wawancara Terstruktur juga digunakan dalam bidang lain untuk mengumpulkan data dalam survei, misalnya di bidang marketing, ilmu sosial, atau bidang ilmu KBAda 3 jenis wawancara yang umumnya digunakanWawancara terstruktur Daftar pertanyaan disiapkan sebelumnya secara sistematis dengan menggunakan pendekatan yang data drivenWawancara semi-terstruktur Hanya beberapa pertanyaan yang disiapkan sebelumnya, lebih banyak kebebasan untuk improvisasiWawancara tidak terstruktur Pertanyaan tidak disiapkan itu wawancara terstruktur?Wawancara terstruktur adalah salah satu metode wawancara yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang telah disusun untuk mengumpulkan data yang konsisten pada topik terstruktur terdiri dari pertanyaan yang dirangkai sesuai urutan tertentu. Tujuannya untuk membandingkan jawaban kandidat dengan kandidat lain dalam cara yang seragam. Menanyakan rangkaian pertanyaan yang sama akan membantu dalam mendeteksi pola dan menunjukkan titik buta yang mungkin ada di tengah-tengah terstruktur menentukan kerangka kerja yang distandarisasi untuk rekruter dan manajer lini dengan tujuan untuk mengurangi bias dan penggunaan firasat. Berbanding terbalik dengan wawancara semi-terstruktur dan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan yang digunakan disusun sedemikian rupa untuk membantu seleksi kandidat yang lebih wawancara terstruktur juga digunakan untuk mengumpulkan data yang seragam dari para kandidat, yang nantinya akan mempermudah proses komparasi dan perlu menggunakan wawancara yang terstruktur saat hiringWawancara terstruktur dapat digunakan ketikaAnda sudah paham dengan penuh job requirement yang dibutuhkan, yaitu soft skill dan techinical skill yang berniat untuk membandingkan kandidat dengan satu sama lain berdasarkan persyaratan objektif lalu mengumpulkan datanya untuk memutuskan kandidat mana yang paling memiliki waktu dan sumber daya yang minim untuk membandingkan kandidat Anda hanya bisa berharap pada output dari wawancara tanpa bantuan terstruktur sangat mudah untuk dilakukan dan dianalisis. Menanyakan pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama dalam wawancara akan membuat kebiasaan dalam alam bawah sadar untuk bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh opini dalam proses seleksi pertanyaan wawancara bukanlah hal yang mudah. Sangat disarankan untuk memvalidasi pertanyaan sample lewat uji coba sebelum membuat sistematis wawancara kepada kandidat yang banyak. Perbedaan antara jenis-jenis wawancaraTabel di bawah berisi karakteristik utama dari 3 jenis wawancaraScreenshot_20230315-225234~ KBApa itu wawancara kompetensi?Wawancara kompetensi competency-based interview adalah salah satu jenis wawancara terstruktur. Wawancara kompetensi juga biasa disebut wawancara perilaku behavioral interview atau criterion-based wawancara terstruktur, wawancara kompetensi berfokus pada pertanyaan mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku, dan adalah contoh kompetensi yang sering digunakan untuk menilai kandidatScreenshot_20230315-225319~ KBKeuntungan menggunakan wawancara terstrukturMengurangi KBMemberikan pertanyaan yang sama dengan urutan sistematis yang sama membantu dalam mengurangi risiko pengaruh opini pribadi dan mengurangi bias implisit. Bias implisit adalah sikap bawaan yang menciptakan keberpihakan atau ketidaksukaan terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan, misalnya, gender, orientasi seksual, penampilan, latar belakang pendidikan, umur, kecantikan, dan wawancara terstruktur dalam rekrutmen akan membantu rekruter dan manajer lini untuk memiliki pandangan yang adil terhadap perilaku kandidat selama proses dan reliabilitas yang lebih KBAkibat sifatnya yang terstruktur dengan baik, wawancara terstruktur bersifat lebih kredibel dan reliabel dari pada jenis wawancara yang lain. Karena semua kandidat diberikan pertanyaan yang sama, hal ini mempermudah proses komparasi dan membuat pengambilan keputusan hiring yang lebih keputusan yang data driven untuk mendukung proses h KBPenggunaan data membantu Anda menemukan pertanyaan mana yang mengeluarkan hasil terbaik. Dampaknya, para rekruter dan mengumpulkan data point yang paling relevan dengan menganalisis jawaban kandidatData yang sudah dikumpulkan membantu dalam komparasi kandidat dengan sesamanya dan menentukan pertanyaan mana yang memiliki dampak terbesar. Data yang sama juga dapat digunakan untuk mengulang proses wawancara terstruktur untuk membuatnya yang paling efisien terhadap kebutuhan biaya dan mudah digunakan KBImplementasi wawancara terstruktur tidak akan memakan biaya. Sangat mudah juga untuk mulai menggunakan pendekatan ini dalam tahap-tahap yang berbeda di proses seleksi. Kemudian, wawancara terstruktur juga bisa menciptakan standar emas untuk keseluruhan proses seleksi. Perusahaan dapat menggunakan pertanyaan wawancara terstruktur sebagai proses pra seleksi untuk pre-screening kandidat sebelum pertemuan dengan tim hiring; atau selama berlangsungnya pertanyaan untuk wawancara terstrukturHuneety menyediakan asesmen perilaku untuk membantu perusahaan dalam merekrut soft skill yang dibutuhkan dan untuk mendapatkan wawasan mengenai perilaku kandidatnya. Huneety menyarankan untuk menggunakan wawancara terstruktur dalam setiap perilaku yang adalah contoh pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara terstruktur untuk kompetensi orientasi pelangganPertanyaan untuk perilakuMenunjukkan sikap positif terhadap resolusiCeritakan tentang kejadian di mana pelanggan menanyakan masalah teknis yang tidak Anda mengerti. Pendekatan apa yang Anda gunakan, dan bagaimana akhirnya?Di pekerjaan Anda dulu, pernakah Anda menerima umpan balik negatif dari pelanggan? Apa yang Anda lakukan dengan hal tersebut?Ceritakan tentang pengalaman Anda dengan pelanggan yang menjengkelkan. Bagaimana Anda menanganinya? Bagaimana cara Anda tetap tenang dalam situasi tertekan?Pertanyaan untuk perilakuMemecahkan masalah pelanggan sesuai jadwalCeritakan kejadian saat Anda harus menyelesaiakan permintaan pelanggan dengan batas waktu yang singkat? Bagaimana Anda melakukannya? Apa yang membuat Anda dapat menyelesaikannya?Bagaimana Anda menyesuaikan timeline yang tidak realistis yang diberikan pelanggan?Bagaimana cara Anda mengatur diri Anda sendiri untuk menyelesaikan kerja dengan tepat waktu?Pertanyaan untuk perilakuMemahami kebutuhan pelangganCeritakan tentang pelanggan yang sulit dimengerti dan bagaimana Anda berinteraksi dengannya?Apa yang Anda lakukan ketika Anda tidak bisa menjawab suatu pertanyaan?Bagaimana Anda menggunakan umpan balik dari pelanggan untuk mempertahankan kualitas perusahaan?Bagaimana Anda memastikan bahwa Anda sudah paham dengan apa yang dibutuhkan pelanggan?

Jenisjenis Wawancara Beserta Contohnya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, wawancara diartikan sebagai berikut. Pertemuan wartawan dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar. Pertemuan tanya jawab direksi (kepala personalia, kepala humas

Jawabankuesioner ataupun pedoman wawancara disusun atau dibuat berdasarkan pengembangan dari rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian . Hal ini terjadi karena daftar pertanyaan yang dibuat mengacu pada landasan mengapa suatu penelitian dilakukan latar belakang masalah yang kemudian diturunkan secara lebih spesifik pada pertanyaan ataupun pedoman wawancara disusun atau dibuat berdasarkan pengembangan dari rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian. Hal ini terjadi karena daftar pertanyaan yang dibuat mengacu pada landasan mengapa suatu penelitian dilakukan latar belakang masalah yang kemudian diturunkan secara lebih spesifik pada pertanyaan penelitian sosial, teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah kuesioner atau angket, wawancara, observasi, dan studi literatur. Teknik yang digunakan tergantung pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan sampel yang digunakan. Oleh karena itu, kuesioner ataupun pedoman wawancara disusun atau dibuat berdasarkan pengembangan dari rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian . Hal ini terjadi karena daftar pertanyaan yang dibuat mengacu pada landasan mengapa suatu penelitian dilakukan latar belakang masalah yang kemudian diturunkan secara lebih spesifik pada pertanyaan penelitian sosial, teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah kuesioner atau angket, wawancara, observasi, dan studi literatur. Teknik yang digunakan tergantung pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan sampel yang digunakan. Oleh karena itu, kuesioner ataupun pedoman wawancara disusun atau dibuat berdasarkan pengembangan dari rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian. Hal ini terjadi karena daftar pertanyaan yang dibuat mengacu pada landasan mengapa suatu penelitian dilakukan latar belakang masalah yang kemudian diturunkan secara lebih spesifik pada pertanyaan penelitian.
Beberapahal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan hasil wawancara. 1.Perhatikan kaidah penulisan laporan. 2.Jangan mencampuri hasil wawancara dengan pendapat sendiri. 3.Pilihlah data yang relevan dengan permasalahan. 4.Jaga nama baik narasumber dan bila perlu jaga kerahasiaan identitas narasumber.
Wawancara merupakan metoda yang dominan dalam penelitian kualitatif di bidang manajemen dan akuntansi. Metoda ini semakin mapan dan berkembang seiring waktu penggunaannya dalam mempelajari fenomena sosial baik pada riset terapan maupun riset dasar. Tujuan utama bab ini adalah untuk mengenalkan kepada peneliti pemula mengenai metoda wawancara juga memberikan ruang diskusi bagi peminat riset kualitatif. Diskusi dalam bab ini akan diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul ketika menggunakan metoda wawancara. Buku ini dimulai dengan diskusi aspek dasar seperti konsep wawancara dari konsep tradisional ke konsep modern, aspek filosofi, dan ragam wawancara. Selanjutnya dibahas mengenai aspek teknis wawancara dari tahap persiapan seperti alasan memilih metoda wawancara dan bagaimana menyusun pertanyaan wawancara hingga tahap analisis data wawancara. Bab ini juga membahas mengenai transkripsi dan penulisan laporan serta bagaimana menyajikan data dari wawancara. Untuk melengkapi diskusi, akan dibahas juga isu-isu penting seperti saturasi, validitas, reliabilitas, generalisasi, dan aspek pedagogis dari wawancara. Tentunya ada banyak aspek-aspek rinci yang tidak dapat dibahas dalam buku ini seperti peran teori, penyusunan narasi, koding, hingga penggunaan alat analisis seperti critical discourse analysis. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 BAB 2 METODA WAWANCARA Indra Bastian Rijadh Djatu Winardi Dewi Fatmawati Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis FEB Universitas Gadjah Mada We live in an “interview society,” in which interviews are central to making sense of life Silverman, 2015, 2016 As in producing jazz, themes and improvisation are the hallmarks of narrative practice. Interview narratives are artfully assembled, discursively informed, and circumstantially conditioned Kvale & Brinkmann, 2014 Pendahuluan Saat ini kita hidup dalam interview society Silverman, 2015, 2016 yang ditandai dengan tersebarnya penggunaan metoda wawancara ini baik di ranah sosial, profesional, maupun akademik. Peran wawancara dalam industri jurnalisme dan juga industri riset semakin dominan. Wawancara kini menjadi metoda yang potensial dan mulai mapan dalam riset ilmu sosial Gubrium et al. 2012. Wawancara mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk berpendapat. Setiap orang memiliki pandangan dan perasaan mengenai fakta sosial tertentu. Informasi bisa diakses melalui wawancara dengan bertanya pada mereka. Namun wawancara bukanlah sekedar berbagi informasi melalui bertanya dan kemudian mendapat jawaban. Di dalam wawancara juga terdapat fungsi, strategi, taktik yang terus berkembang seiring mapannya metoda ini di antara riset-riset arus utama. Wawancara adalah metoda yang digunakan untuk mencari data primer dan merupakan metoda yang banyak dipakai dalam penelitian interpretif maupun penelitian kritis. Wawancara dilakukan ketika peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai sikap, keyakinan, perilaku, atau pengalaman dari responden terhadap fenomena sosial. Ciri khas dari metoda ini adalah adanya pertukaran informasi secara verbal dengan satu orang atau lebih. Terdapat peran pewawancara yang berusaha untuk menggali informasi dan memperoleh pemahaman dari responden. 2 Wawancara tampak sederhana namun sebenarnya begitu rumit. Metoda wawancara berkembang secara dinamis sepanjang waktu. Kerumitan dari wawancara tidak hanya ada di aspek teknis namun juga di aspek epistemologis. Wawancara telah berkembang dari sekedar bentuk komunikasi menjadi semacam alat produksi pengetahuan melalui konstruksi makna antara pewawancara dan responden. Wawancara bisa dikatakan lebih dari sekedar alat. Jika wawancara dilihat hanya sebagai alat maka ilustrasinya akan sebagai berikut • Responden dihubungi untuk menentukan jadwal, lokasi, dan aturan wawancara • Pertanyaan didesain untuk memperoleh jawaban yang sudah dapat diduga hingga protokol wawancara terpenuhi • Tugas responden adalah menjawab pertanyaan dan mereka menunggu pertanyaan disampaikan. • Responden tidak mempunyai wewenang untuk bertanya balik dan jika mereka bertanya maka itu merupakan bentuk dari klarifikasi. Saat ini wawancara semakin berkembang jauh dari sekedar ilustrasi di atas. Wawancara kini lebih menekankan pada interaksi dengan responden. Wawancara telah dievaluasi ulang untuk meninggalkan bentuk penggalian informasi yang monoton menjadi bentuk interaksi yang lebih refleksif dan lebih baik dari sisi struktur dan dinamika interaksi. Perbedaan mencolok antara wawancara dengan percakapan biasa adalah adanya pemahaman mengenai peran pewawancara dan peran responden. Apapun bentuk wawancaranya, peran ini harus ditegaskan. Wawancara modern tidak lagi hanya berfokus pada tataran elit. Setiap orang dapat dipandang memiliki pengetahuan sehingga berpotensi sebagai responden. Singkatnya, wawancara modern memberikan tempat khusus bagi pendapat semua orang. Gagasan bahwa setiap orang mampu merefleksikan pengalamannya, mendeskripsikannya secara individual, dan mengkomunikasikan opini tentang dirinya dan dunia sekelilingnya, menciptakan subjektivitas baru yang layak untuk dikomunikasikan. Konsep ini dinamakan technologies of the self Foucault, Martin, Gutman, & Hutton, 1988. Responden dianggap seseorang yang dapat memberikan deskripsi mendetail tentang pikiran, perasaan, dan kegiatannya dan mungkin lebih baik daripada orang lain 3 Bab ini membawa semangat bahwa wawancara adalah salah satu metoda penting dalam riset bisnis dan akuntansi. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai aspek mendasar dari wawancara. Diskusi dalam bab 2 ini akan diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari peneliti pemula yang akan melakukan riset dengan metoda wawancara. Diawali dengan diskusi tentang desain dan perencanaan wawancara, diteruskan ke aspek pelaksanaan, dan terakhir adalah bagaimana memahami data wawancara hingga penulisan temuan dari data wawancara. Aspek Filosofis Wawancara Sebelum membahas lebih dalam aspek teknis wawancara, perlu disinggung sedikit bahwa peneliti perlu menghubungkan antara filosofis dan strategi penelitian dengan desain, pelaksanaan, dan juga analisis data wawancara. Misalnya Silverman 2017 menjelaskan pendekatan positivis dari penelitian dengan wawancara. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa proses wawancara akan memberi akses langsung pada pengetahuan yang telah ada dalam pikiran responden. Model ini tidak berusaha memberi interpretasi lewat kacamata teori tertentu. Ada juga Kvale & Brinkmann 2014 yang melihat wawancara sebagai percakapan profesional antara dua pihak di mana pengetahuan akan terkonstruksi lewat interaksi pewawancara dan responden. Pendekatan kedua ini membutuhkan sentuhan interpretasi dan data tidak disajikan apa adanya. Roulston 2010 mencoba membuat 3 klasifikasi pendekatan wawancara dari neo-positivist, romantic, hingga constructionist. Berikut adalah penjelasan singkat yang dapat membantu peneliti untuk menentukan penggunaan metoda ini. Tabel Pendekatan Wawancara ▪ Pewawancara telah terlatih ▪ Pertanyaan terstandarisasi ▪ Meminimalkan bias ▪ Pewawancara berusaha netral ▪ Menghasilkan data yang berkualitas ▪ Menghasilkan temuan yang valid Penelitian Transparansi International tentang Indeks Persepsi Korupsi Quick count pada pemilu ▪ Pewawancara menjalin kepercayaan dan hubungan empatis dengan responden Shady car dealings and taxing work practices An ethnography ▪ Menghasilkan percakapan mendalam ▪ Pewawancara menjalankan peran aktif dalam menggali informasi ▪ Berusaha mendapatkan pengakuan dan informasi yang sesungguhnya dari responden ▪ Menghasilkan interpretasi yang mendalam mengenai partisipan of a tax audit process Boll, 2014 When you make manager, we put a big mountain in front of you’’ An ethnography of managers in a Big 4 Accounting Firm Kornberger, Justesen, & Mouritsen, 2011 ▪ Pewawancara dan responden bersama-sama menggali data lewat wawancara terstruktur dan semi-terstruktur. ▪ Menghasilkan sebuah interpretasi dalam bentuk narasi dan penelitian berusaha memahami topik yang didiskusikan dalam wawancara Beyond the fraud triangle Swiss and Austrian elite fraudsters Schuchter & Levi, 2015 Internal auditors’ roles From watchdogs to helpers and protectors of the top manager Roussy, 2013 Peneliti perlu memahami perbedaan dari ketiga pendekatan agar dapat menentukan mana yang tepat untuk riset mereka. Misalnya pendekatan neo-positivist melihat pengetahuan di dunia sosial dan mencoba independen dalam pandangan dan komentar serta dilandaskan pada fakta. Mereka melihat fakta sama seperti peneliti di ilmu pasti. Sedangkan pendekatan social constructionists melihat pengetahuan dan kenyataan akan terkonstruksi secara sosial selama proses wawancara. Peneliti fokus pada maksud yang dihasilkan melalui proses interpretasi. Peneliti kemudian mengekspresikan dalam bentuk narasi yang sangat tergantung konteks penelitian. Sebuah konstruksi sosial adalah gagasan tentang sesuatu yang diproduksi oleh masyarakat. Konstruksi sosial merupakan salah satu bentuk konsepsi realitas yang mungkin atau mungkin tidak secara akurat mencerminkan kenyataan. Sederhananya, konstruksi sosial adalah cara masyarakat berpikir dan memberi label pada kelompok orang atau benda tertentu. Pendekatan romantic menghasilkan data yang lebih mendalam yang biasanya diperoleh melalui wawancara etnografis. Pendekatan ini lebih dalam 5 masuk ke dalam kehidupan responden. Ketiga pendekatan di atas sama-sama dapat dipakai untuk mengakses pengalaman seseorang. Perlu dipahami bahwa melalui wawancara, kita dapat belajar tentang tempat-tempat yang belum kita kunjungi dan tentang kehidupan sosial di mana kita tidak pernah rasakan. Kita dapat belajar tentang kualitas lingkungan atau apa yang terjadi dalam keluarga atau bagaimana organisasi menetapkan tujuan mereka. Wawancara dapat menginformasikan kepada kita tentang sifat kehidupan sosial yang kompleks dan rumit. Kita dapat belajar tentang orang-orang, nilai-nilai mereka, dan tentang tantangan yang dihadapi seseorang ketika mereka menjalani hidup. Kita dapat belajar juga, melalui wawancara, tentang pengalaman mendalam seseorang. Kita dapat mempelajari apa yang dirasakan seseorang dan bagaimana seseorang menafsirkan persepsi mereka. Kita bisa belajar bagaimana peristiwa mempengaruhi pikiran dan perasaan mereka. Wawancara membuat praktik pembutaan narasi semakin berkembang. Penelitian sosial bertujuan untuk menciptakan narasi berupa dokumentasi dari pengalaman, pengetahuan, dan juga persepsi. Itulah mengapa analisis teks dan teks itu sendiri menjadi penting dalam penelitian sosial. Wawancara pada intinya mencari makna meaning. Makna tidak secara langsung muncul lewat jawaban dari pertanyaan namun secara strategis dirakit bersama dalam proses wawancara Holstein & Gubrium, 1995. Wawancara dapat dilihat sebagai praktik yang melibatkan kerja pembuatan makna meaning-making work. Ada perbedaan antara passive subjectivity dengan active subjectivity. Misalnya pandangan pertama melihat responden sebagai vessel-of-answers’. Sedangkan pandangan kedua menekankan pada transformasi peran responden from a repository of information or wellspring of emotions into an animated, productive source of narrative knowledge’ Gubrium et al. 2012 Wawancara sebaiknya tidak dimodelkan sebagai bentuk pertanyaan dan jawaban dimana wawancara hanya berupa aksi tanya dan jawab. Mishler 1991 menyarankan bahwa sebaiknya wawancara dilihat sebagai interactional accomplishment’ yang melihat kedua aktor wawancara terlibat dalam perbincangan. Proses ini bersifat kooperatif interaktif bukan bentuk pengendalian dan pengarahan percakapan. Disarankan ada komunikasi dua arah dan juga kolaborasi dalam melakukan wawancara 1. Pelaku wawancara hendaknya aktif dan responsif tidak hanya diam dan pasif 6 2. Masing-masing aktor dalam wawancara adalah subjek untuk kerja interaksi, aktivitas yang bertujuan menghasilkan data wawancara. 3. Lebih banyak pertanyaan terbuka, interupsi yang minimal, dan mendorong elaborasi dari pengalaman si responden. 4. Mendorong elaborasi, pewawancara biasanya menggunakan alat naratif seperti "Lanjutkan," "Lalu apa yang terjadi? Pewawancara mendorong munculnya sebuah cerita bukan sekedar jawaban singkat. 5. Rekonseptualisasi wawancara penelitian untuk lebih mendorong responden menceritakan kisah mereka sendiri Konsep baru dari wawancara dipengaruhi salah satunya oleh epistemologi posmodernisme lihat Atkinson & Silverman, 1997; Gubrium, Holstein, Marvasti, & McKinney, 2012; Silverman, 2015. Dampaknya dari diskusi pengaruh posmodernisme pada wawancara adalah 1. Batasan antara peran pewawancara dan responden menjadi kabur. Bentuk hubungan tradisional antara keduanya dikritik karena mereproduksi bentuk kekuasaan dalam masyarakat. 2. Bentuk-bentuk komunikasi baru dalam wawancara digunakan. Pewawancara dan responden berkolaborasi bersama dalam membangun narasi pengetahuan. 3. Responden menjadi lebih peduli tentang isu-isu mengenai representasi ide mereka. 4. Kewenangan peneliti terawasi dalam praktik etika penelitian. Responden tidak lagi dilihat sebagai nomor tak berwajah yang pendapatnya diproses sepenuhnya dengan persyaratan peneliti. 5. Hubungan patriarki tradisional dalam wawancara dikritik. Posisi pewawancara dan responden dinilai sejajar bahkan responden bisa lebih dominan. 6. Media elektronik semakin diterima oleh komunitas akademik. Wawancara dapat dilakukan melalui e-mail, ruang bincang virtual, dan moda komunikasi elektronik lainnya. Ragam Wawancara Sebagian besar peneliti menggunakan wawancara terstruktur, semi-terstruktur, maupun tidak testruktur Rowley, 2009. Tidak terstruktur, semi struktur maupun terstruktur merupakan hasil kebijakan penelitian. Wawancara terstruktur lebih mirip dengan kuesioner, hanya saja responden tidak menuliskan jawaban mereka sendiri. Pertanyaan yang diajukan juga relatif sedikit dan jawaban yang didapat juga relatif pendek. Pertanyaan yang diajukan akan sama untuk setiap responden. Wawancara yang sangat 7 terstruktur sangat jarang ditemui dalam penelitian interpretif maupun kritis. Wawancara jenis ini biasa ditemui dalam penelitian survei misalnya mengenai preferensi pilihan di pemilu. Tujuan wawancara terstruktur adalah untuk memastikan jawaban wawancara dapat secara andal dijumlahkan dan dibandingkan antar grup responden. Wawancara jenis ini juga dikenal sebagai standardised interview atau researcher-administered survey. Berbeda dengan tipe pertama, wawancara semi-terstruktur adalah wawancara dimana responden harus menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh pewawancara. Sebelum melakukan wawancara telah disiapkan panduan wawancara berupa daftar pertanyaan atau topik skematis dan terstruktur yang akan didalami oleh pewawancara. Panduan wawancara ini bermanfaat agar wawancara berjalan terfokus, berfungsi sebagai panduan, dan untuk memastikan wawancara berjalan sesuai harapan. Pertanyaan yang disusun merupakan pertanyaan utama yang kemudian akan didukung oleh beberapa pertanyaan lanjutan yang berkaitan dengan pertanyaan utama. Sedangkan tipe ketiga umumnya digunakan dalam riset etnografi yang dilakukan dalam jangka panjang dan memungkinkan responden untuk mengekspresikan pendapat mereka secara bebas tanpa intervensi dari pewawancara. Wawancara tidak terstruktur lebih mirip percakapan biasa. Berbeda dengan wawancara jenis lain yang sering dianggap sebagai percakapan terkendali yang lebih menitikberatkan pada kepentingan si pewawancara. Ada banyak jenis wawancara tidak terstruktur misalnya non-directive interviews, focused interview, dan informal interview. Wawancara terstruktur Dalam analisis kuantitatif, bentuk data numerik sangat penting untuk menentukan jenis analisis. Kuesioner kuantitatif disusun, dengan semua subjek ditanyakan pertanyaan yang sama, dalam urutan yang sama, dan subjek merespon pilihan jawaban yang telah disediakan dengan memilih satu opsi dari serangkaian pilihan yang ditetapkan. Nilai numerik mewakili setiap pilihan. Jika subjek memutuskan untuk tidak menjawab, meninggalkan jawaban kosong, "data yang hilang" dapat dibiarkan kosong atau, jika terlalu banyak responden tidak menjawab pertanyaan tertentu, peneliti dapat memutuskan untuk mengabaikan item tersebut dari analisis. Kumpulan data selalu dalam bentuk matriks, dengan tanggapan subyek tercantum baris demi baris dalam baris yang mencantumkan setiap nilai item 8 dan variabel yang membentuk kolom. Data dianalisis secara statistik setelah penyelesaian pengumpulan data. Wawancara tidak terstruktur Dalam wawancara kualitatif, wawancara tidak terstruktur mengacu pada jenis wawancara di mana peneliti mengajukan pertanyaan yang sifatnya umum dan jumlahnya minimal. Pertanyaan hanya berupa topik umum untuk membantu memfokuskan responden. Diikuti dengan proses mendengarkan tanpa melakukan terlalu banyak interupsi pada responden. Sikap mendengarkan bertujuan untuk memperoleh cerita dari si responden. Tujuan peneliti adalah untuk mendapatkan perspektif peserta tanpa memandu peserta. Perlu dicatatat bahwa adanya panduan yang amat rinci merupakan salah satu ancaman utama terhadap validitas wawancara ini. Wawancara tidak terstruktur juga disebut sebagai wawancara yang panjang, tidak standar, untuk memperoleh narasi, bersifat open-ended. Bentuk lain dari wawancara ini adalah wawancara terpandu atau percakapan terpandu Rubin & Rubin, 2012. Peneliti dapat menyiapkan 6 hingga 10 pertanyaan yang berupa pertanyaan umum untuk memandu jalannya wawancara. Kedua pendekatan ini, tidak terstruktur dan terpandu, memberikan peserta kebebasan untuk menceritakan kisah mereka dengan cara mereka sendiri dengan gangguan minimal dari peneliti. Wawancara ini menekankan pendekatan emic, minim campur tangan atau interupsi dari peneliti, untuk meningkatkan validitas. Wawancara kelompok terfokus Wawancara kelompok fokus terdiri dari serangkaian pertanyaan biasanya 10-20 yang dimaksudkan untuk memfasilitasi diskusi dan memantik pendapat di antara sekelompok kecil orang. Pertanyaan yang sama ditanyakan di semua kelompok fokus dalam satu studi. Fasilitator ada untuk mendorong diskusi mengenai topik yang diajukan. Analisis data kelompok fokus dapat berupa analisis konten berdasarkan pertanyaan, meskipun terkadang analisis tematik dilakukan. Tanggapan dari masing-masing kelompok disintesis pertanyaan demi pertanyaan. Wawancara ini tidak berusaha menghitung respon peserta per pertanyaan karena setiap peserta mungkin tidak memiliki kesempatan untuk menjawab setiap pertanyaan. Konsensus keseluruhan dari masing-masing kelompok lebih ditekankan dibandingkan jawaban individu. 9 Wawancara semi-terstruktur Kategori wawancara ketiga adalah wawancara semi terstruktur yang biasanya bersifat kualitatif. Wawancara ini terdiri dari batang pertanyaan yang dapat direspon secara bebas. Kemudian diikuti dengan pertanyaan lanjutan dan probe berdasarkan rencana pertanyaan atau jawaban yang muncul dari dari tanggapan peserta. Wawancara semi terstruktur digunakan ketika peneliti cukup tahu tentang topik atau fenomena sosial yang diteliti misalnya batas-batas topik dan apa yang dan tidak berkaitan dengan pertanyaan penelitian tetapi tidak tahu dan tidak dapat mengantisipasi semua jawaban. Pertanyaan diajukan kepada semua responden dalam urutan yang sama. Wawancara ini dapat dilakukan secara tatap muka, dalam format tertulis, atau melalui telepon. Karena pertanyaan tidak dapat diubah begitu pengumpulan data dimulai. Pengujian pilot terhadap pertanyaan itu penting untuk memastikan bahwa pertanyaan mencakup topik penelitian dan bahwa tanggapan yang diharapkan diperoleh. Data dianalisis sekaligus pada akhir pengumpulan data. Analisis data wawancara semi terstruktur dapat dilakukan dengan analisis isi atau analisis tematik. Tabel Karakteristik dari Tipe-tipe Wawancara Unstructured Narrative Interviews Semistructured Interviews Quantitative Questionnaires Closed-Ended Pemahaman topik si peneliti Bisa deduktif atau induktif Investigator belajar tentang fenomena selama wawancara. Peneliti kebanyakan mendengarkan saja. Investigator memandu arah wawancara melalui pertanyaan umum yang tidak terinci Pewawancara mengembangkan pertanyaan yang dirancang untuk merangsang percakapan di antara peserta, sehingga memunculkan data yang diperlukan Penyidik tahu pertanyaan yang perlu ditanyakan tetapi tidak tahu semua jawaban yang mungkin didapat Penyidik tahu pertanyaan dan jawaban diperlukan Tidak direncanakan sebelumnya tetapi Pertanyaan umum 6-10 dikembangkan untuk Pertanyaan dan pertanyaan terusan yang Batang pertanyaan dan terkadang pertanyaan Pertanyaan dan pilihan tanggapan Unstructured Narrative Interviews Semistructured Interviews Quantitative Questionnaires Closed-Ended dikembangkan selama proses wawancara lanjutan yang direncanakan sebelumnya "Tanggapan panjang" diperoleh dengan interupsi minimal dari pewawancara. Wawancara tidak setara. Pewawancara membimbing 'tanggapan panjang' peserta. Wawancara bersifat setara sebagian. Diskusi di antara peserta dengan fasilitator untuk membandu berbagai perspektif. Wawancara kelompok hanya setara sebagian. Tanggapan tanpa panduan untuk menjawab pertanyaan terbuka. Semua responden ditanya pertanyaan yang sama Semua responden ditanya pertanyaan yang sama dan memilih pilihan jawaban yang sama. Peserta memilih jawaban Contoh perubahan sesuai dengan kebutuhan informasi dari analisis yang muncul Karakteristik sampel diidentifikasi Karakteristik sampel diidentifikasi Karakteristik sampel diidentifikasi Sampel dipilih secara acak dari populasi yang dipilih Bergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas fenomena Bergantung pada ruang lingkup dan kompleksitas fenomena Jumlah kelompok dan jumlah peserta harus dipertimbangkan Jika data harus diubah secara numerik, setidaknya 30 peserta diperlukan. Besar ukuran ditentukan oleh sejumlah pertanyaan Bersamaan dengan wawancara Bersamaan dengan wawancara Bersamaan atau pada akhir pengumpulan data Analisis pada akhir pengumpulan data Analisis pada akhir pengumpulan data • Face-to-face interview • Video call interview • Telephone interview • Email interview • Face-to-face interview • Video call interview • Telephone interview • Email interview • Internet interview • Paper based questionnaire Sumber Gubrium et al. 2012 Persiapan Melakukan Wawancara Alasan Menggunakan Wawancara Menurut Rowley 2009, wawancara digunakan pada riset kualitatif untuk mendapatkan fakta dan pemahaman akan opini, sikap, pengalaman, proses, 11 perilaku, atau prediksi. Sebagai contoh, untuk mendapatkan informasi bagaimana auditor junior dididik dan dibina sehingga mampu meniti karir mencapai posisi partner, wawancara dapat dilakukan dengan menanyakan proses sosialiasi dan edukasi di kantor akuntan publik, pola pengembangan karir, dan juga pengalaman dari seorang partner. Wawancara tersebut dapat dilakukan terhadap beberapa partner secara individu satu per satu maupun sekelompok orang dalam bentuk grup terfokus. Wawancara dipilih karena beberapa alasan misalnya untuk menggali informasi yang detail dan kaya serta kontekstual maka wawancara lebih cocok dibandingkan kuesioner. Wawancara cocok digunakan bagi peneliti yang ingin memahami dan meneorikan isu sosial. Melalui wawancara dapat diperoleh pemahaman yang mendalam dan ekstensif tentang fenomena sosial melalui interpretasi tekstual dari data yang diperoleh. Memilih Pertanyaan Wawancara Pertanyaan dalam wawancara dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tentunya pertanyaan penelitian tidak langsung ditanyakan ke responden. Pertanyaan wawancara perlu disusun agar responden mau menceritakan seputar topik penelitian. Pertanyaan penelitian bisa memengaruhi jenis pertanyaan wawancara. Selain itu pengalaman praktis, teori, maupun penelitian sebelumnya juga dapat menjadi inspirasi untuk menyusun pertanyaan wawancara Rowley, 2009. Penelitian induktif seringkali menggunakan teori sebagai inspirasi. Misalnya peneliti yang menggunakan konsep field Bourdieu secara umum dapat membantu memetakan struktur di lapangan. Dalam konteks audit pemerintahan struktur diduduki oleh politisi, BPK, pemerintahan dan NGO. Kemudian pertanyaan dapat disusun untuk menanyakan peran dari masing-masing agen. Dalam kebanyakan riset dengan wawancara semi-terstruktur, peneliti tidak menyusun pertanyaan yang banyak dan terinci. Misalnya penelitian Fox 2018 dia menyusun tema pertanyaan yang pendek untuk setiap responden. Berikut ini adalah panduan singkat untuk mengembangkan pertanyaan wawancara yang diadopsi dan dimodifikasi dari Harvard Department of Sociology 2017 1. Pertanyaan harus sederhana dan jangan mengajukan lebih dari satu pertanyaan sekaligus. 12 2. Pertanyaan terbaik adalah pertanyaan yang mendapatkan jawaban terpanjang dari responden. Jangan mengajukan pertanyaan yang jawabannya amat singkat tanpa diikuti pertanyan lanjutan. 3. Jangan ajukan pertanyaan yang mengharuskan responden Anda melakukan analisis untuk Anda. 4. Jangan meminta bagaimana pendapat orang lain atau kelompok lain di lingkungan responden. Sebagai contoh pertanyaan “Apa yang dipikirkan orang di sini tentang isu…..?” Anda jarang mendapatkan sesuatu yang menarik. Coba ajukan pertanyaan yang sama ke si responden mengenai pendapat dia sendiri. 5. Jangan takut untuk mengajukan pertanyaan yang sederhana. Jika Anda tidak bertanya, mereka tidak akan memberi tahu. 6. Jenis pertanyaan dalam wawancara misalnya Tabel Jenis Pertanyaan dalam Wawancara ▪ Apakah Anda merasa mudah dalam mengalokasikan anggaran? ▪ Apakah Anda senang dengan cara tim anggaran mengalokasikan anggaran untuk unit Anda? Catatan Pertanyaan semacam itu mungkin sebaiknya diberikan di akhir wawancara wawancara, agar tidak memengaruhi arah wawancara. Pertanyaan tidak langsung Apa yang kebanyakan orang di sini pikirkan tentang cara unit internal audit melakukan pengawasan?’ mungkin ditindaklanjuti dengan Demikiankah apa yang Anda rasakan juga?’ untuk mendapatkan pandangan responden. Saya sekarang ingin beralih ke topik yang berbeda’ Pertanyaan penelusuran probing Menindaklanjuti apa yang telah dikatakan melalui pertanyaan langsung Apakah maksud Anda adalah peran Anda amat signifikan dalam penerapan sistem pengendalian management yang baru di perusahaan ini?’ 13 Peneliti pemula seringkali kesulitan dalam menuliskan pertanyaan wawancara. Melanjutkan panduan singkat pada bagian sebelumnya, bagian ini menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun pertanyaan wawancara. 1. Tuliskan pertanyaan penelitian secara umum. Buat garis besar bidang pengetahuan yang relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. 2. Kembangkan pertanyaan di bawah topik umum. Pertanyaan disesuaikan dengan jenis responden tertentu sesuai pengalaman dan keahlian mereka. 3. Sesuaikan bahasa wawancara dengan siapa responden yang dituju. 4. Berhati-hatilah menyusun kata-kata dalam pertanyaan sehingga responden termotivasi untuk menjawab sepenuhnya dan sejujur mungkin. 5. Tanyakan "bagaimana" daripada "mengapa" untuk mendapatkan cerita tentang proses. 6. Kembangkan probe yang akan menggali tanggapan yang lebih rinci untuk pertanyaan-pertanyaan kunci. Semakin detail, semakin baik. 7. Mulailah wawancara dengan pertanyaan pemanasan. Sesuatu yang dapat dijawab dengan mudah dan segera oleh responden. Tidak harus berhubungan langsung dengan apa yang Anda teliti. Membangun hubungan awal ini akan membuat Anda lebih nyaman dengan satu sama lain dan dengan demikian akan membuat sisa wawancara mengalir lebih lancar. 8. Pikirkan tentang alur logis dari wawancara. Topik apa yang harus didahulukan? Penyesuaian pertanyaan dapat dilakukan setelah beberapa wawancara. 9. Pertanyaan-pertanyaan yang sensitif sebaiknya ditanyakan menjelang akhir wawancara di saat hubungan kepercayaan sudah terjalin. 10. Pertanyaan terakhir dapa berupa penutup untuk wawancara. Biarkan responden merasa diberdayakan, didengarkan, atau senang bahwa mereka berbicara dengan Anda. Lama Wawancara dan Jumlah Responden Durasi dan jumlah wawancara sangat bergantung pada pertanyaan penelitian serta strategi penelitian yang sedang dilakukan. Sebagai contoh, sebuah penelitian etnografi yang berkaitan dengan isu-isu yang sensitif dan personal mungkin memerlukan wawancara yang lebih lama. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kurang terstruktur dan jumlah respondennya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan studi yang menggunakan survei dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur. Selain itu, durasi dan jumlah 14 wawancara juga bergantung pada ketersediaan waktu dan jumlah responden yang bersedia untuk diwawancarai. Sebisa mungkin mewawancarai sejumlah orang yang cukup dari berbagai latar belakang, peran, pengalaman dan hal lainnya yang mungkin mempengaruhi informasi yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar penelitian menghasilkan temuan menarik dan komprehensif. Peneliti juga harus mempertimbangkan ketersediaan waktu dan kemampuan peneliti untuk melakukan wawancara dan menganalisis data. Perlu diingat bahwa data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis Rowley, 2009. Memilih Responden Rowley 2009 menjelaskan kualitas hasil dan temuan-temuan riset akan sangat dipengaruhi oleh para informan atau responden yang dipilih. Responden dapat dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Peneliti dapat memikirkan siapakah responden yang memiliki posisi untuk menjawab pertanyaan wawancara atau memberi wawasan yang peneliti perlukan. Sebagai contoh, pertanyaan tentang motivasi penerapan sistem pengendalian managemen akan kurang pas jika ditanyakan kepada pegawai baru. Jika teknik pemilihan responden berdasarkan syarat tertentu, peneliti sebaiknya menampilkan informasi demografi dalam laporan riset. Misalnya informasi jabatan, umur, lama pengalaman kerja, kualifikasi, posisi, dan informasi lain yang dianggap relevan. Pertimbangan berikutnya adalah akses ke responden. Akses amat tergantung pada beberapa faktor seperti kemauan dan ketersediaan waktu responden dan juga kemampuan peneliti untuk menemui responden. Jika peneliti tidak mengenal baik responden maka pendekatan awal sangatlah penting. Peneliti harus mengirimkan permohonan sebagai responden. Ini bisa dilakukan dengan banyak cara seperti surat, email, telepon, atau pesan instan. Peneliti paling tidak perlu menjelaskan beberapa poin berikut ▪ Identitas diri peneliti dan alasan melakukan penelitian ▪ Mendapatkan ketertarikan responden melalui penjelasan singkat tentang penelitian yang akan dilakukan ▪ Jelas perihal lama waktu wawancara yang akan dilakukan ▪ Meminta izin merekam percakapan ▪ Memastikan kerahasiaan terjamin jika diminta ▪ Menjelaskan manfaat penelitian 15 ▪ Memberi detail kontak dan meminta kesediaan waktu mereka ▪ Melakukan kontak lanjutan jika tidak ada respon Begitu beberapa responden berhasil diwawancari, teknik snowballing dapat digunakan untuk mencari responden yang lain. Peneliti dapat meminta kontak atau rekomendasi responden potensial lainnya. Mencari responden bisa menjadi proses yang sulit dan menyita waktu dari penelitian. Pelaksanaan Wawancara Memastikan Responden Memahami Pertanyaan Wawancara Peneliti perlu membuat beberapa pertimbangan sebelum menjalankan wawancara. Misalnya peneliti bisa menghindari untuk menggunakan istilah yang terlalu akademik. Contohnya, alih-alih menggunakan istilah skeptisme, istilah kehati-hatian bisa dipakai dalam wawancara. Beberapa pertimbangan lain misalnya adalah memastikan bahwa pertanyaan ● Tidak mengarahkan atau memiliki asumsi tertentu ● Tidak berisi dua pertanyaan dalam satu pertanyaan ● Tidak sekedar menanyakan jawaban ya atau tidak ● Tidak terlalu ambigu atau terlalu umum ● Tidak berusaha menyerang responden Selain itu perlu memperhatikan urutan pertanyaan. Pertanyaan wawancara yang baik akan mengarahkan pada kesimpulan secara alami. Tidak terburu-buru menanyakan pertanyaan utama namun berusaha menggali isu-isu di sekitar topik. Alangkah baiknya melakukan percobaan wawancara untuk memastikan pertanyaan wawancara sudah baik. Percobaan bisa dilakukan kepada teman tapi ada baiknya ada pihak yang berasal dari kelompok responden sasaran Rowley, 2009. Memastikan Wawancara Berjalan Baik Dalam Rowley 2009 dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan maka kedua pihak akan berperan aktif untuk menyukseskan wawancara. Pengalaman dan latar belakang dari kedua pihak akan memengaruhi bagaimana interpretasi pertanyaan wawancara. Sisi baiknya adalah bisa terjadi proses diskusi untuk saling memahami pendapat. Namun bisa juga si responden merasa bosan dengan topik perbincangan atau merasa tidak nyaman dengan pertanyaan yang mereka rasa si pewawancara lebih paham. 16 Proses refleksi perlu dilakukan dan melakukan penyesuaian pertanyaan seiring fase wawancara. Beberapa tips sederhana diantaranya • Mengenalkan diri sebelum wawancara dimulai • Menjelaskan secara singkat dan sederhana penelitian yang sedang dilakukan • Menjelaskan alasan wawancara, dan kenapa penting bagi responden. • Sebutkan estimasi waktu wawancara • Pastikan menjelaskan aspek etika dari wawancara • Pastikan wawancara berjalan sesuai waktu yang direncanakan dengan memperhatikan pertanyaan yang perlu dijawab Terkadang wawancara langsung tidak memungkinkan. Salah satu solusi ketika wawancara langsung sulit dilaksanakan adalah penggunaan telepon, panggilan video, atau bahkan wawancara lewat email dapat digunakan. Membuat Responden Terlibat dalam Wawancara? Peneliti perlu memastikan bahwa apa yang akan ditanyakan relevan dengan pekerjaan atau kehidupan si responden. Untuk wawancara semi-terstruktur, peneliti perlu memberi ruang bagi responden untuk beropini dan menceritakan pengalaman mereka. Namun hindari percakapan yang keluar dari topik atau membahas isu sensitif. Pertanyaan terusan dapat membantu untuk memastikan wawancara berjalan. Teknik yang dapat digunakan misalnya mengulangi pertanyaan, diam sejenak menunggu respon, atau menggunakan kata tanya eksporatif. Cara lain yang mungkin jarang digunakan adalah dengan memberi semacam tugas ke responden. Tugas ini dapat membantu responden untuk terlibat dalam wawancara. Bagi peneliti tugas semacam ini dapat membantu untuk membuat responden fokus pada wawancara. Contoh sederhana dari tugas ini misalnya menggunakan kartu yang bertuliskan topik diskusi dalam wawancara. Peneliti bisa meminta responden untuk bercerita lebih dalam lewat kartu yang ditunjukan. Cara ini juga membantu menghindari kebosanan pada diri responden Rowley, 2009. Transkripsi Hasil Wawancara Wawancara yang dilakukan misal dalam bahasa Indonesia maka proses transkripsi disarankan dilakukan dalam bahasa yang sama. Tujuannya untuk memastikan bahwa semua transkripsi nada suara, ekspresi dan makna implisit 17 akan ditangkap dan dipahami oleh peneliti. Peneliti juga dapat menggunakan catatan lapangan untuk mendokumentasikan semua kegiatan selama dan setelah wawancara. Tujuan catatan lapangan adalah untuk mendukung transkripsi data dari wawancara dan untuk mempelajari hubungan sosial tertentu dalam organisasi Schutt, 2011. Analisis Data Wawancara Data do not represent findings in themselves…… Data become findings only when coupled with methodological and theoretical reflections. Brinkmann, 2013 Memulai Analisis Data Segera setelah wawancara dilaksanakan, peneliti sebaiknya mendengarkan kembali rekaman wawancara dan memikirkan apa yang dibicarakan. Peneliti disarankan membuat catatan mengenai poin-poin penting dari wawancara dan rincian-rincian yang bisa memengaruhi wawancara selanjutnya. Misalnya keakuratan informasi, perubahan konteks, dan perubahan ide awal. Semakin lama peneliti mendengarkan rekaman wawancara, dia akan semakin paham poin-poin wawancara dan perspektif para responden. Semakin familiar akan semakin memudahkan proses transkripsi. Praktik selama ini adalah menanskripsi percakapan ke dalam bentuk teks dan menganalisisnya. Namun proses ini sangat menyita waktu jika seluruh wawancara ditranskripsi. Ada pendekatan lain yakni menanskripsi sebagian, melakukan analisis, kemudian memutuskan akan membutuhkan berapa transkripsi lagi. Saran untuk Analisis Data Beberapa prinsip dalam analisis data wawancara • Analisis merupakan proses iteratif lihat Creswell & Poth, 2017; Miles et al., 2013. • Tidak ada formula khusus untuk analisis. • Analisis data bisa menjadi proses yang membingungkan dan menyita waktu terutama bagi peneliti pemula. • Komponen dalam analisis data adalah pengorganisasian data, memahami data, pengklasifikasian, pengkodean, interpretasi data, dan penulisan laporan. • Analisis yang umum digunakan adalah analisis tematik atau analisis diskursus. 18 • Analisis tematik umum digunakan dalam riset. Analisis ini berusaha mengaitkan tema-tema yang muncul dalam riset dan menyusun narasi yang koheren. Peneliti fokus kepada makna dari wawancara. • Software analisis seperti NVivo dan dapat digunakan untuk membantu analisis. Microsoft Excel juga dapat dipakai jika software-software khusus tidak tersedia. • Cara kerja software analisis adalah dapat membantu peneliti untuk membuat anotasi teks, membuat kode, mencari kata kunci, dan mengorganisir teks. Analisis data adalah proses penting untuk menginterpretasi pengumpulan data menjadi data yang bermakna untuk menjawab pertanyaan penelitian. Schutt 2011 berpendapat bahwa dalam hal mendeskripsikan data tekstual, analisis kualitatif cenderung bersifat induktif, dimana peneliti diminta untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam mengelaborasi data. Setelah pengumpulan data, Miles, Huberman, & Saldana 2013 menyarankan tiga kegiatan dalam analisis reduksi data, tampilan data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Kegiatan ini bukanlah proses yang terpisah tetapi merupakan bagian yang berurutan dari analisis. 1. Reduksi Data Pengurangan data mengacu pada proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan dan mengubah data yang muncul dalam catatan lapangan atau transkripsi tertulis Miles, Huberman, & Saldana, 2013. Pengurangan data adalah suatu proses di mana data mentah diproses menjadi informasi yang berarti. Ini melibatkan penulisan ringkasan, pengkodean, pencarian tema, membuat kluster, membuat partisi dan menulis memo. Menurut Corbin & Strauss 2014, kode adalah representasi abstrak dari suatu objek atau fenomena yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tema dalam sebuah teks. Setiap transkripsi akhir dikategorikan, berdasarkan tema yang sama dan diberi kode unik di bagian tertentu pada setiap tema. Tujuannya bukan hanya untuk mengelola data untuk analisis lebih lanjut tetapi juga untuk menangkap nuansa makna yang lebih baik yang terletak di dalam teks / transkrip Bazeley & Jackson, 2013. 19 2. Penyajian Data Tampilan data melibatkan hasil dari reduksi data seperti matriks, grafik, bagan dan jaringan Miles et al., 2013. Perangkat lunak NVivo digunakan untuk membantu manipulasi data dan tampilan. Dalam NVivo, pengkodean adalah the process of assigning a code to something for the purposes of classification or identification' Bazeley & Jackson, 2013. Teks yang dipilih kemudian disorot dan diklasifikasikan ke dalam node yang sudah ditentukan. Proses iteratif dapat membantu membuat keputusan pengkodean. Kemudian konsep sensemaking’ yang dikenal dalam analisis bidang organisasi, dapat membantu dalam analisis data. Weick 1995 membedakan sensemaking’ dari interpretasi dimana interpretasi adalah komponen dari sensemaking. Sensemaking sendiri merupakan "proses diskursif dalam membangun dan menafsirkan dunia sosial" Gephart, 1993. Sensemaking dapat didefinisikan sebagai “the ongoing retrospective development of plausible images that rationalize what people are doing" Weick, Sutcliffe, & Obstfeld, 2005 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dalam analisis data wawancara dapat dilakukan lewat berbagai macam teknik. Sering ditemui dalam penelitian antara lain adalah penggunaan analisis isi dan juga analisis tematik. Analisis Isi Proses analisis isi akan memisahkan data dari konteks wawancara untuk analisis dan menempatkannya dalam file terpisah, membentuk kategori untuk konseptualisasi dan analisis lebih lanjut. Tidak ada aturan tentang seberapa banyak atau sedikit isi yang diperlukan sebelum data ditempatkan dalam kategori, berapa banyak potongan kode dapat ditempatkan dalam kategori, atau berapa banyak yang dapat diambil dari satu wawancara; juga tidak perlu bahwa setiap wawancara berkontribusi pada kategori tertentu. Analisis Tematik. Tema mungkin secara eksplisit akan nampak atau bisa juga tersembunyi di balik teks. Tema dapat ditemukan menggunakan teknik interpretatif seperti analisis metafora atau dengan mempelajari apa yang tersirat. Ketika melakukan analisis tematik, tidak ada persyaratan bahwa semua tema akan muncul di wawancara. Mungkin ada lebih dari satu tema dalam satu 20 wawancara, tergantung pada lingkup pertanyaan penelitian dan kekhususan wawancara Kapan analisis tematik atau analisis isi digunakan? Tema atau analisis isi dapat digunakan dengan wawancara yang tidak direncanakan dan dipandu, tergantung pada metoda yang digunakan dan tujuan analisis dari penyidik. Analisis isi disarankan untuk digunakan pada data hasil diskusi grup terfokus dan wawancara semi terstruktur. Analisis dilakukan terhadap baris demi baris percakapan setelah pengumpulan data selesai. Menggabungkan Hasil Wawancara dengan Data Lain Menggabungkan wawancara dengan metoda lain seringg disebut dengan triangulasi. Metoda lain yang dimaksud dapat berupa reviu dokumen, observasi maupun inspeksi. Triangulasi ini setidaknya dapat dilakukan untuk dua hal. Pertama, data yang dihasilkan dari metoda lain dapat digunakan sebagai dasar dan panduan untuk melakukan wawancara. Sebagai contoh, informasi yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan wawancara dengan para direksi dan atau komite untuk penelitian terkait dengan tata kelola perusahaan seperti yang dilakukan oleh Beasley, Carcello, Hermanson, & Neal 2009. Dalam pelaksanaan wawancara dengan direksi maupun komite perusahaan, pewawancara dapat menggali lebih dalam hal-hal yang tidak terdapat dalam dokumen, dan yang terpenting adalah proses, pengalaman atau sudut pandang dari responden mengenai hal yang menjadi pertanyaan penelitian. Selain itu, wawancara biasanya juga dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil observasi. Kedua, data yang dihasilkan dari metoda lain dapat digunakan untuk mendukung dan memperkuat analisa hasil wawancara dalam konteks yang lebih luas. Sebagai contoh, suatu riset yang bertujuan untuk mengetahui pola pembinaan auditor junior di kantor akuntan publik dapat melakukan wawancara dengan para partner dan auditor di beberapa kantor. Setelah itu, peneliti dapat melakukan observasi kegiatan sehari-hari auditor di kantor maupun di luar kantor untuk mengetahui konteks dalam wawancara sebelumnya. Triangulasi hasil wawancara juga dapat dilakukan dengan melakukan reviu terhadap dokumen pendukung seperti catatan kepegawain maupun modul training auditor. Pada intinya, triangulasi data ini dilakukan untuk meningkatkan validitas dan realibilitas data yang diperoleh dari metoda wawancara maupun metoda lainnya. 21 Data yang diperoleh dari berbagai metoda di atas akan dianalisis dengan tahapan yang sama dengan data mentah wawancara, melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, seperti yang telah dibahas pada sub-bab sebelumnya. Miles dan Huberman 1994 menyatakan bahwa data yang dihasilkan dari berbagai metoda dalam riset kualitatif adalah berupa kata-kata bukan angka. Oleh karena itu, pemberian kode pada data saja tidak cukup. Peneliti harus mampu menunjukkan bagaimana elemen-elemen data yang diperoleh dari berbagai metoda ini dapat diartikulasikan dan saling berhubungan dalam bingkai teori yang menjadi landasan penelitian. Penulisan Hasil Wawancara Temuan dari wawancara biasanya disajikan melalui subbab yang merefleksikan tema-tema analisis. Tema-tema ini harus sesuai dengan tujuan atau pertanyaan penelitian. Jika temuan tidak sesuai, maka perlu dilakukan tinjauan ulang, penajaman, atau menyesuaikan pertanyaan riset. Poin-poin penting di bawah tema utama sebaiknya diidentifikasi dan dilaporkan, kemudian diilustrasikan lewat jawaban-jawaban dari responden. Kuotasi harus sesuai dengan teks penjelasan, kemudian penyajian 1 halaman penuh kuotasi tanpa penjelasan tidaklah tepat. Lalu bagaimana jika dalam satu tema terdapat ketidaksetujuan atau pertentangan dari para responden. Beberapa peneliti pemula kesulitan menghadapi situasi ini. Cara terbaik adalah melaporkan perbedaan pendapat ini dalam temuan dan jangan menutupinya. Terakhir adalah penyajian temuan dapat ditingkatkan lewat penggunaan tabel, diagram, dan alat ilustrasi lain yang merangkum analisis data. Menulis bagian metodologi The goal of interview studies is not to impress the reader with how much you have done a huge number of interviews, but with how well you have conducted and analyzed the interviews Wolcott, 2009, Aturan utama dalam penulisan metoda adalah deskripsikan apa yang telah dilakukan dan mengapa. Wawancara tidak bisa dilakukan tanpa strategi dan keterampilan. Oleh karena ini bagian metodologi hendaknya secara transparan menjelaskan apa yang dilakukan oleh si peneliti. Bagian metodologi setidaknya berisi 3 hal. Pertama adalah teori yang mendasari metodologi kualitatif. Perlu dicatat bahwa ada banyak sekolah 22 pemikiran yang mendasari metoda kualitatif. Sebut saja ada fenomenologi, social constructionist, atau grounded theory. Kedua, adalah aspek data yang diperoleh. Misalnya bagaimana peneliti merekrut responden. Apakah ada isu sensitif yang layak diperhatikan. Ketiga, peneliti perlu memperhatikan isu kecukupan data. Perlu menjelaskan bahwa responden yang dipilih dapat memberikan informasi yang cukup untuk analisis. Semisal peneliti hanya mewawancari tujuh orang, maka peneliti perlu menunjukan bahwa informasi dari tujuh responden tersebut berkualitas untuk analisis. Silverman memberikan pertanyaan untuk memandu penulisan bagian metodologi wawancara How did you go about your research? What overall strategy did you use and why? What design and techniques did you employ? Why these and not others? Bagian metodologi hendaknya tidak hanya berisi deskripsi yang disarikan dari buku teks. Penulis perlu memberikan justifikasi tentang pelaksanaan wawancara. Misalnya peneliti perlu menjelaskan alasan mengapa mewawancarai lima orang mengenai pengalaman mereka dalam isu penganggaran. Lebih rinci lagi beberapa pertanyaan yang bisa dijawab dalam penulisan bab metodologi 1. Mengapa wawancara dan tidak metoda lain? 2. Bagaimana responden direkrut? 3. Apakah studi telah memperoleh persetujuan dari komite etika 4. Berapa partisipan yang terlibat 5. Seperti apa karakteristik dari partisipan 6. Kapan wawancara dilakukan dan oleh siapa 7. Berapa lama wawancara dan di mana mereka dilakukan? 8. Apakah wawancara direkam dan ditranskripsikan? 9. Bagaimana peneliti memperoleh informed consent? 10. Bagaimana panduan wawancara dibangun? 11. Metoda analisis apa yang digunakan? 12. Apakah jumlah responden yang dipilih cukup? 13. Apa tujuan analitisnya? 14. Siapa yang melakukan analisis? Ini dijelaskan ketika penelitian dilakukan oleh tim riset Penyajian metodologi sebenarnya sangat fleksibel. Ada yang menuliskan sebelum bab temuan atau disebut format tradisional. Ada juga yang menuliskan setelah temuan. Pendekatan kedua akan membuat pembaca membaca temuan dan menarik simpulan, baru kemudian dijelaskan 23 bagaimana peneliti mencapai hasil tadi. Ada juga penyajian metoda secara terintegrasi dalam teks sehingga tidak ada bab metodologi secara khusus. Menuliskan bagian analisis dan temuan [Data analysis] ….is not to accumulate all the data you can, but to can’ get rid of much of the data you accumulate” Wolcott, 2009. The problem is not to get data….. The problem arises afterwards, when the researcher has to reduce the often huge amounts of data into relevant bits that can be analyzed and written about Brinkmann, 2013 Jika bagian metodologi digunakan untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan how do you know maka bagian analisis dan temuan dimaksudkan untuk menuliskan pertanyaan what do you mean dan juga what have you found out by intereviewing people about this? Masalah yang dihadapi oleh peneliti kebanyakan adalah bagaimana mengolah data wawancara yang begitu banyak sehingga menjadi tulisan yang mudah dimengerti. Data yang diperoleh tidak semua perlu dijelaskan. Itulah mengapa ada proses reduksi data. Dalam penjelasan cukup ditampilkan bukti percakapan yang representatif. Brinkmann 2013 membagi ke dalam dua aspek penulisan analisis dan temuan yakni struktur makro dan juga struktur mikro. Perlu dicatat bahwa tidak ada format baku dalam penulisan analisis dan temuan. Namun banyak panduan yang dapat digunakan terutama dari institusi tempat asal studi yang mungkin perlu diikuti. Bab analisis dan temuan perlu menjelaskan teknik untuk mengurutkan, pengkodean, kategorisasi, pola dari data. Dahler-Larsen 2008 menjelaskan bawah tujuan dari data display adalah to demonstrate a chain of evidence for readers that links conclusions with data’. Penyajian data menjadi krusial di bagian temuan karena pembaca sering bingung bagaimana peneliti mengkaitkan data ke analisis dan ke temuan. Untuk mengatasinya, ada tiga aturan dalam penyajian data yang dapat dipakai adalah autentik, inklusif, dan transparan Brinkmann, 2013. 1. Autentik artinya data harus ditampilkan sesuai bentuk aslinya bukan interepretasi si peneliti. Interpretasi ada pada analisis yang mengikuti tampilan data. 24 2. Inklusif artinya semua data yang diwakili oleh sebuah kategori harus dimasukan dalam tampilan, 3. Transparan maksudnya peneliti harus transparan dalam menjelaskan bagaimana temuan disimpulkan. Ekspresi yang digunakan dalam penelitian juga dapat berbeda dari logika penelitian kuantitatif. Misalnya jika hanya ada satu orang yang menyatakan aspek suatu aspek yang unik maka tidak masalah jika dituliskan Seperti yang diungkapkan oleh satu auditor bahwa…… Brinkmann 2013 menyampaikan bahwa penyajian data adalah konstruksi peneliti sendiri. Ada peran pertimbangan dan juga interpretasi subyektif dalam mengorganisasi temuan. Sekali lagi, tidak ada format atau langkah baku untuk melakukannya. Struktur makro Struktur makro dalam penulisan analisis dan temuan akan sangat tergantung tujuan penelitian. Struktur makro adalah bentuk penulisan dan desain penulisan yang akan menunjukan apa yang dilakukan dalam penelitian. Berikut adalah beberapa bentuk struktur makro yang umum ditemukan. Tabel Struktur Makro dalam Penulisan Analisis dan Temuan Teks temuan harus menunjukkan bagaimana penemuan diperoleh dan didukung oleh desain dan metodologi penelitian Teks bisa mengambil bentuk cerita yang kronologis untuk menunjukkan bagaimana sesuatu konsep baru muncul menjadi praktik melalui penelitian Temuan dapat ditulis dari perspektif orang pertama peneliti, memungkinkan pembaca untuk mengikuti langkah penelitian yang dilakukan peneliti Pendapat lain datang dari Silverman 2015. Menurut Silverman, peneliti dapat menjelaskan temuan dengan variasi berikut 25 Tabel Alternatif Pendekatan Penulisan Analisis dan Temuan Induktif, iteratif theory driven coding dan data driven coding Digunakan dalam penelitian kuantitatif. Pertama nyatakan hipotesis; kedua uji hipotesis; ketika diskusikan implikasi penelitiannya . Pendekatan abduktif, framing seperti novel dengan menjelaskan sesuatu masalah kemudian berjalan ke proses penyelesaian. Struktur Mikro 1. Penggunaan kuotasi Salah satu permasalahan yang dihadapi ketika menulis temuan adalah bagaimana dan seberapa banyak kutipan wawancara seharusnya digunakan. Kvale dan Brinkman 2008, pp 279-281 memberikan panduan yang dapat dipertimbangkan. • Kutipan harus berhubungan dengan teks utama. Maksudnya adalah peneliti harus memberikan bingkai acuan dalam membahas sebuah kutipan dan terdapat interpretasi dari kutipan tersebut. Bingkai berupa siapa yang menyampaikan kutipan dan mengapa atau bisa juga konsep teoritis dari si peneliti. Hindari menuliskan kutipan yang tidak berhubungan dengan teks. • Kutipan harus dihubungkan dengan konteks tertentu. Kutipan bukanlah percakapan utuh yang dipahami oleh pembaca. Peneliti tentu mengetahui karena mengikuti wawancara dari awal sampai akhir. Oleh karena ada baiknya memberikan konteks kutipan. Sebagai contoh beberapa penulis mencoba menampilkan bagian wawancara lengkap dengan pertanyaannya. Tujuannya adalah agar pembaca mengerti konteks wawancara. Tentunya tidak semua kutipan perlu dituliskan juga pertanyaannya. • Kutipan harus diinterpretasikan. Peneliti harus menegaskan kutipan itu akan mendukung sudut pandang mana, apakah akan membuktikan atau menegasikan sesuatu. Peneliti perlu meyakinkan bahwa kutipan tersebut menarik untuk diperhatikan dan dipilih. Dalam memberikan intepretasi, peneliti seharusnya tidak hanya mengulang kutipan namun juga ada memberikan tambahan perspektif dari kutipan tersebut. • Hindari menampilkan terlalu banyak kutipan tanpa memperhatikan porsi interpretasi yang diberikan. Misalnya kutipan yang memakan separuh 26 halaman akan berlebihan dan menyulitkan pembaca dan menghilangkan minat mereka. Meski tidak ada formula khusus berapa panjang kutipan diberikan namun sebaiknya tidak melebihi separuh halaman. Akan lebih baik jika kutipan disajikan pendek. • Kutipan yang panjang sebaiknya tidak disajikan utuh. Untuk kutipan yang panjang dan berisi banyak aspek yang menarik dibahas maka ada strategi yang dapat digunakan. Kutipan panjang dapat dipecah-pecah kemudian disajikan secara terpisah diikuti dengan interpetasi peneliti. • Gunakan kutipan terbaik yang dapat mewakili suatu tema. Kutipan yang dipilih adalah kutipan yang paling mendalam, mencerahkan, dan berupa pernyataan yang diformulasikan dengan baik. Untuk tujuan pelaporan ada baiknya disebutkan ada tidaknya responden lain yang memberikan pendapat serupa. Variasi dalam jawaban jika sesuai tema dapat juga disajikan untuk menunjukan perbedaan sudut pandang. • Utamakan makna dan orisinalitas jawaban. Kutipan sebaiknya diubah ke dalam format tulisan tanpa mengubah makna dan orisinalitas jawaban responden. Sebaiknya ada keterangan bagaimana kutipan diubah. Agar pembaca mengetahui apakah peneliti mengubah kutipan jika iya apa saja yang diubah. 2. Kelemahan dalam Penulisan Analisis dan Temuan Wawancara Bagian ini menjelaskan kelemahan dari bagian diskusi yang sering ditemui di penelitian wawancara. Pavlenko 2007 menjelaskan beberapa masalah dalam struktur mikro bagian analisis dan temuan di penelitian wawancara ▪ Kurangnya premis teoritis yang digunakan sehingga membuat pembaca bingung dari mana peneliti menyusun kategori dan konsep berasal dan bagaimana saling terkait selama proses analisis. Ditambah juga tidak jelasnya prosedur untuk melakukan kategorisasi coding ▪ Terlalu mengejar saturasi sehingga cenderung melupakan tema-tema yang diluar pengulangan atau tidak sesuai tema awal. ▪ Terlalu fokus pada teks bukan konteks. Talmy & Richards 2011 menambahkan saran untuk kelemahan-kelemahan yang mungkin ditemui dalam penulisna hasil wawancara • Menjelaskan premis teoritis dari analisis. Peneliti perlu menjelaskan bagaimana kategori dalan analisis tema dikonstruksikan. 27 • Deskripsikan bagaimana data wawancara dikelompokan dalam kategori-kategori tertentu • Hati-hati dalam menggunakan konsep saturasi. Sering muncul atau berulang atau tidaknya suatu jawaban wawancara tidak bisa selalu dijadikan panduan. • Memberi perhatian pada apa yang disampaikan oleh responden tapi juga apa yang tidak mereka sampaikan. • Melakukan refleksi mengenai peran pewawancara dalam analisis. Wawancara selalu merupakan bentuk interaksi dan produksi percakapan lewat cara tertentu. Kesadaran akan hal ini perlu diselaraskan dengan analisis dan temuan penelitian. • Berhati-hati dengan ketidaksesuaian teoritis. Misalnya bagi peneliti yang menggunakan epistemologi social contructivitis namun wawancara tidak digunakan secara tepat untuk menggali pengalaman dari partisipan. Jika seseorang memilih untuk menggabungkan teknik, prosedur, dan konsep dari berbagai filosofi dan epistemologi yang berbeda, setidaknya harus ada diskusi meta-teoretis atau metodologis sebagai bentuk justifikasi. Seringkali sebuah penelitian menjelaskan bagian metodologi dengan isi berupa penjelasan yang standar. Penjelasan seperti itu cenderung membosankan bagi pembaca alih-alih mengundang mereka untuk masuk ke dalam narasi. Solusinya adalah peneliti dapat mencoba pendekatan reflektif untuk membuat tulisan lebih menarik Kvale dan Brinkman, 2008. Penulisan Artikel Riset Kualitatif Berbasis Hasil Wawancara Untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan, selain menuliskannya menjadi tesis maupun monograf, peneliti juga dapat membuat artikel/ paper untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah. Peneliti tentu saja harus memilih jurnal yang tepat, dimana editor dan pembaca jurnal tersebut tertarik terhadap riset kualitatif dan juga data maupun temuan-temuan yang diperoleh melalui metoda wawancara. Akan tetapi, tidak semua jurnal yang memuat riset kualitatif mempunyai kebijakan yang sama terkait dengan pendekatan penelitian, kecukupan data maupun cara penulisan hasil penelitian. Penelitian kualitatif cenderung tidak memiliki “tingkat signifikansi” yang disepakati, begitu juga tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah minimum wawancara maupun observasi yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian. 28 Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metoda maupun asumsi epistimologi dan ontologi yang mendasari riset kualitifatif, sehingga standarisasi dalam penulisan paper riset kualitatif bukanlah hal yang ingin dicapai oleh para peneliti. Namun demikian, Pratt 2009 memberikan panduan untuk menulis artikel riset kualitatif, termasuk yang menggunakan metoda wawancara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan penulis diantaranya adalah ▪ Keseimbangan antara data dan teori. Disarankan agar penulis tidak terlalu banyak menceritakan telling tentang data, tetapi akan lebih baik jika dapat menunjukkan showing data tersebut dan menjelaskan hubungan antara data dengan teori. Ini dimaksudkan agar pembaca dapat melihat dengan jelas hubungan yang masuk akal plausible antara data yang diperoleh dengan teori yang digunakan untuk menjelaskannya theorizing dan juga interpretasi penulis. Data yang dimaksud dapat berupa kutipan-kutipan wawancara yang penting power quotes dan juga kutipan yang membuktikan proof quotes Pratt, 2008. Selain itu, menggungkapkan data dan temuan-temuan di lapangan tanpa diikuti dengan argumentasi dan analisis berdasarkan teori yang digunakan membuat paper tersebut tampak seperti riset deskriptif. ▪ Penulis dapat mempertimbangkan penggunaan gambar figures untuk mengorganisasikan dan memperjelas alur berpikir. Penggunaan gambar juga akan sangat efektif untuk memvisualisasikan hubungan antar data atau bukti sehingga terbentuk rantai bukti chain of evidence. Jika dibuat dengan baik, gambar tersebut dapat menjelaskan secara visual bagaimana penulis beralih dari data mentah hasil wawancara ke label atau konstuk teori yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil wawancara tersebut, seperti yang ditampilkan dalam Corley & Gioia 2004 184. ▪ Pertimbangkan untuk menyertakan pertanyaan wawancara atau protocol pada lampiran artikel. Hal ini menjadi penting agar reviewer maupun pembaca dapat mengetahui bagaimana tujuan dan pertanyaan penelitian dapat terjawab melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden. Selain itu, pertanyaan wawancara juga dapat digunakan untuk menentukan sejauhmana temuan-temuan yang dipaparkan penulis berkaitan dengan pertanyaan wawancara dan bagaimana peneliti menanyakan hal tersebut kepada responden. ▪ Hal yang tidak kalah penting dalam penulisan riset kualitatif berbasis wawancara atau metoda yang lain adalah pembuatan alur cerita. 29 Pembuatan narasi ini bertujuan agar tercipta suatu cerita yang koheren, dimana tema-tema hasil penelitian tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dalam sebuah cerita. Masing-masing tema dapat diumpamakan seperti karakter dalam sebuah cerita. Siapakah yang akan menjadi tokoh utama, hambatan apa yang dihadapi, hal apa yang ingin dicapainya dan seterusnya. Seperti halnya cerita dalam literasi yang mempunyai tokoh utama, suatu riset kualitatif juga harus mempunyai fokus atau hal utama yang dibahas didalamnya. Oleh karena itu, paper-paper riset kualitatif cenderung hanya memiliki satu atau dua tujuan dan pertanyaan penelitian saja, salah satu tujuannya untuk memudahkan dalam pembuatan alur cerita. Peran Konteks dan Isu Lain dalam Analisis Transkrip Wawancara Konteks dalam Wawancara Bagian ini dimulai dengan membahas secara singkat mengenai peran konteks dalam wawancara. Davies 2008 menjelaskan bahwa data yang dihasilkan dari wawancara seharusnya tidak hanya berupa apa yang telah disebutkan oleh si responden, namun juga catatan mengenai konteks yang mungkin mempengaruhi jawaban dari si responden. Mann 2016 menjelaskan bahwa konteks dalam wawancara berkaitan dengan pertanyaan mengapa, dimana, bagaimana, dan apa ▪ Mengapa’ adalah alasan peneliti melakukan wawancara, tentunya ini dijelaskan pada topik dan fokus dalam wawancara ▪ Dimana’ adalah konteks fisik, sosial, dan institusional wawancara dilakukan, termasuk lokasi penelitian dilakukan. ▪ Bagaimana’ adalah jenis dan teknis wawancara, apakah dilakukan dalam interaksi alami atau sudah diatur sebelumnya. Termasuk jenis pertanyaan dan alat yang digunakan. Misalnya apakah menggunakan skype, telepon, atau tatap muka. ▪ Apa’ dapat berupa konteks yang berkaitan dengan semua teks, dokumen, artifak, foto, atau video yang relavan sebagai pendukung wawancara. Peneliti perlu menghubungkan antara content atau apa yang dikatakan si responden dengan context perkataan si responden dalam wawancara. Tujuan utamanya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih robust dan berguna. Penelitian hendaknya dapat menyeimbangkan keduanya. Tidak terlalu menekankan pada isi dan memberi sedikit perhatian pada konteks wawancara. 30 Apa yang dikatakan oleh responden selalu terbentuk secara kontekstual dan dihasilkan dari negosiasi’ dengan pewawancara. Isu Lain Analisis data kualitatif adalah klasifikasi dan interpretasi data penelitian yang umumnya berupa bahan linguistik atau visual untuk menjelaskan tentang dimensi implisit dan eksplisit serta struktur dari fenomena sosial. Analisis data kualitatif juga diterapkan untuk menemukan dan menggambarkan masalah di lapangan, struktur, proses dalam rutinitas dan praktik sosial Flick, 2014. Hasil wawancara memerlukan transkripsi untuk kemudian digunakan untuk analisis data. Dalam analisis data ada banyak pendekatan dan tradisi yang perlu untuk diketahui. Misalnya adalah etnografi, life history, case study, content analysis, conversation analysis, discourse analysis, analytical induction, dan grounded theory. Meskipun ada banyak pendekatan yang menentukan apa yang akan dianalisis. Meskipun begitu proses dalam melakukan analisis secara garis besar sama. Berikut proses yang diadopsi dari De Hoyos and Barnes 2012 1. Pengumpulan data dan manajemen 2. Organisasi dan penyiapan data 3. Pengkodean dan pendeskripsian data 4. Konseptualisasi, klasifikasi, kategorisasi, dan identifikasi tema 5. Menghubungkan data 6. Interpretasi, membuat penjelasan, dan menyediakan makna. Lantas bagaimana proses umum ketika dilakukan analisis? Umumnya peneliti melakukan hal-hal berikut a. Membuat kode-kode awal b. Menambahkan komentar atau refleksi dalam bentuk memo c. Mencari pola, tema, hubungan, urutan, perbedaan d. Mendalami pola e. Elaborasi data dan kaitkan ke konteks f. Mencoba mengkaitkan konteks pada badan pengetahuna yang ada untuk membagun teori. Dalam analisis data perlu dibedakan antara deskripsi data dan konseptualisasi data. Deskripsi menyediakan penjelasan dari kasus yang sedang diteliti. Sedangkan konseptualisasi adalah mencoba menciptakan kategori umum, 31 abstrak dari data dan mencoba menggunakannya untuk menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Misalnya data menunjukan bahwa alokasi anggaran di suatu pemerintah daerah terlihat lebih berfokus pada pembangunan fisik dilihat dari persentase alokasi. Deskripsi data akan membantu menjelaskan angka-angka tersebut. Sedangkan konseptualisasi data akan membantu menjelaskan lebih dalam aspek kondisi, sebab, dampak, konteks yang ada di luar deskripsi angka alokasi anggaran. Istilah lain yang perlu diketahui adalah theoretical sampling dan juga theoretical saturation. Peneliti melakukan theoretical sampling lewat data lain untuk dibandingkan dengan data yang sudah ada. Pengambil sampel ini adalah fitur unik dalam penelitian grounded theory. Peneliti mencoba untuk mengumpulkan data untuk memeriksa, mengisi, dan juga menambah kategori teoritis. Sedangkan theoretical saturation adalah sebuah konsep yang dipakai untuk menentukan kapankah analisis data selesai dilakukan. Jika peneliti merasa analisis sudah tidak lagi menghasilkan penambahan pada teori maka itulah akhir dari proses analisis. Menilai Kualitas Hasil Riset Wawancara Menilai kualitas hasil riset bisa dilihat dari beragam aspek. Tidak semua dapat dibahas pada bagian ini. Fokus diskusi singkat disini adalah untuk menilai data yang diperoleh dari wawancara. Pertanyaan besarnya, bagaimana menilai kualitas data kualitatif? Tidak ada ukuran pasti namun ada beberapa kategori yang dapat dipakai, diantaranya • Representasi • Menimbang bukti • Memeriksa pencilan outlier • Menggunakan kasus ekstrim • Memeriksa-silang kode • Memeriksa penjelasan • Mencari kontradiksi • Mendapatkan komentar dari partisipan Dalam menilai kualitas perlu juga memahami masalah pada analisis data seperti • Terlalu mengandalkan kesan permulaan saat wawancara tanpa mencari saturasi 32 • Kecenderungan untuk mengesampingkan informasi yang bertentangan • Menekankan hanya pada data yang terkonfirmasi • Mengesampingkan informasi tidak biasa atau informasi yang susah diperoleh • Terlalu berlebihan atau kurang bereaksi pada data baru • Terlalu banyak data untuk dianalisis. Kualitas analisis juga ditentukan oleh tujuan analisis. Apa yang ingin dicapai dalam analisis. Analisis data dapat memiliki berbagai macam tujuan. Misalnya pertama untuk menjelaskan fenomena sosial secara lebih terinci. Fenomena ini bisa merupakan pengalaman subyektif dari individual atau grup. Bisa terfokus pada satu kasus atau berupaya membandingkan beberapa kasus. Tujuan kedua bisa berupaya mencari penjelasan dari penyebab perbedaan yang ada diantara kasus. Tujuan ketiga adalah untuk membangun sebuah teori dari fenomena yang sedang diteliti. Isu-isu Lain dalam Wawancara Wawancara dan Saturasi Data Salah satu isu yang perlu dibahas adalah mengenai saturasi dalam pengambilan data wawancara. Wawancara akan menghasilkan informasi tidak terstruktur yang sangat banyak. Maka bagaimana kita sebagai peneliti menentukan bahwa kita telah cukup mencari data dan seberapa banyak wawancara yang perlu dilakukan? Pertanyaan ini sering ditemui oleh peneliti pemula karena memang tidak ada panduan eksplisit dalam riset kualitatif untuk mencapai saturasi. Peneliti perlu memahami tantangan dalam menentukan kapankah titik saturasi diperoleh. Jika tidak diperhatikan akan berakibat pada validitas isi penelitian. Bagian ini akan membahas lebih secara sekilas isu saturasi dalam penelitian kualitatif. Banyak ditemui dalam laporan penelitian mahasiswa mereka menuliskan bahwa data telah mencapai saturasi. Namun mereka tidak menjelaskan lebih lanjut klaim tersebut, bagaimana saturasi tercapai dalam penelitian mereka. Memang sulit untuk membuktikan bahwa data telah mencapai saturasi. Akan tetapi ada satu argumen bahwa peneliti perlu menjelaskan deskripsi yang jelas dari proses saturasi dalam laporan mereka. Misalnya Spring ; Caelli, Ray, & Mill 2003 berargumen evidence of saturation must be given in the presentation of the data and discussed via the forms in which it was recognized during the analysis’. 33 Apa yang dimaksud dengan saturasi data? Ada pendapat bahwa saturasi adalah poin dimana tidak ada lagi informasi yang baru yang diperoleh, tidak ada tema baru yang muncul, tidak ada lagi permasalahan kategori data Corbin & Strauss, 2014. Mirip dengan pendapat sebelumnya, saturasi dapat diperoleh ketika ada cukup informasi untuk mereplikasi penelitian O’Reilly & Parker, 2013; Walker, 2012, ketika kemampuan untuk mendapatkan infomasi tambahan baru telah tercapai dan ketika mengkode tidak bisa lagi dilakukan Guest, Bunce, & Johnson, 2006 Pertanyaan penting lain adalah metoda apa yang perlu dilakukan untuk mencapai saturasi data? Perlu dicatat bahwa tidak ada metoda tunggal untuk saturasi data one-size-does not fit-all. Alasannya karena desain penelitian qualitative sangatlah beragam. Bisa saja saturasi data untuk studi etnografi akan berbeda untuk studi kasus. Etnografi mencapai saturasi data melalui studi dalam waktu yang panjang di lapangan dan penggunaan berbagai macam metoda. Studi wawancara dapat mencapai wawancara dengan pertanyaan lanjutan misalnya. Studi kasus memiliki parameter sendiri yang lain. Meski tidak ada metoda tunggal namun ada kesepakatan bersama bahwa saturasi akan tercapai ketika tidak ada data baru, tidak ada tema baru, tidak ada kode baru, dan kemampuan untuk replikasi studi Guest et al., 2006. Ada banyak pendapat kapan saturasi dapat tercapai. Misalnya untuk wawancara hendaknya dilakukan dengan jumlah 15-30 responden. Namun ada baiknya menggunakan pendapat-pendapat itu bukan sebagai panduan pragmatis. Peneliti perlu untuk tahu sembari memahami data dan konteks penelitiannya. Data perlu dilihat aspek kekayaan dan ketebalannya Dibley, 2011 tidak hanya dilihat dari ukuran sampel saja Burmeister & Aitken, 2012 . Data yang kaya artinya berlapis-lapis, mendetail, kompleks, bernuansa Fusch & Ness, 2015. Sedangkan data yang tebal artinya banyak data yang diperoleh dari responden. Peneliti perlu berusaha untuk memperoleh data yang kaya dan juga tebal. Bisa saja data yang diperoleh itu kaya namun tidak mendalam atau sebaliknya mendalam namun tidak kaya. Kedua konsep ini dapat membantu untuk menentukan kepada siapakah wawancara perlu dilakukan. Jumlah wawancara yang banyak belum tentu menjamin saturasi begitu juga sampel yan sedikit. Salah satu cara untuk mencapai saturasi data adalah melalui triangulasi data lewat penggunaaan metoda tambahan. Misalnya wawancara yang dikombinasikan dengan FGD dan observasi. 34 Pengambilan sampel terus dilakukan sampai peneliti merasakan dia telah mencapai kejenuhan. Diskusi berikut disarikan dari Box 2013 yang menjelaskan mengenai saturasi dalam penelitian fenomenologinya. Saturasi menurut Box 2013 memang istilah yang problematis lihat Guest et al., 2006; Mason, 2010; Morse, 1995. Box menjelaskan bahwa istilah "kejenuhan teoritis" dalam Glaser & Strauss 1967, sebenarnya dipakai dalam riset-riset grounded theory namun arti dari kejenuhan seiiring waktu telah menjadi kabur. Glaser dan Strauss menggabungkan pengumpulan data dan analisis untuk satu kategori hingga mencapai kejenuhan, sebelum pindah untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk kategori lain. Jenis kejenuhan yang peneliti maksudkan di luar riset grounded theory mungkin bukan kejenuhan teoritis. Kemudian dia mengambil istilah "kejenuhan pengetahuan" menurut Bertaux 1981 yang menurutnya merupakan istilah yang lebih baik. Bertaux 1981 menjelaskan bagaimana peneliti belajar banyak dari beberapa wawancara pertama. Pada wawancara kelima belas, peneliti telah mengenali pola dari jawaban responden yang diwawancarai. Lebih banyak wawancara akan lebih mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui oleh peneliti. Bagaimana kejenuhan pengetahuan dicapai atau dilewatkan selama pengambilan sampel seringkali sulit diketahui secara pasti. Menurut Mason, 2010, kemungkinan peneliti pemula yang menggunakan wawancara kualitatif akan menghentikan pengambilan sampel ketika jumlah sampel adalah kelipatan sepuluh bukan karena alasan kejenuhan. Ada juga yang berpendapat 12 wawancara kelompok homogen cukup untuk mencapai kejenuhan. Secara konseptual, kejenuhan bisa menjadi titik akhir pengumpulan data yang diinginkan. Secara operasional, keputusan untuk menghentikan wawancara adalah fungsi kombinasi dari semua atau beberapa faktor berikut Tabel 2. 6. Faktor-faktor Penentu Saturasi Jenis teknik sampling yang digunakan Patton, 2002 Apakah menggunakan sampling theoretical sampling, snowballing sampling, convenience sampling. sifat sampel dibatasi oleh teknik sampling Browne & Russell, 2003 Sumber daya penelitian Kvale & Brinkmann, 2014; Seidman, 2006. Jika pewawancara hanya dapat melakukan mengakses area tertentu, maka ada pengaruh aspek batasan geografis pada sampel. Struktur wawancara dan konten Guest et al., 2006 Semakin tidak terstruktur dan variabel konten, semakin banyak wawancara yang diperlukan Heterogenitas kelompok Guest et al. 2006 Semakin heterogen, semakin banyak wawancara yang diperlukan Jumlah wawancara yang sudah dilakukan Ryan & Bernard, 2003 Semakin sedikit wawancara yang sudah dilakukan, semakin banyak wawancara yang diperlukan. Semakin banyak wawancara, peneliti akan semakin percaya berapa lagi wawancara diperlukan Mason 2010 Kompleksitas wawancara Ryan & Bernard, 2003 Semakin besar kerumitan, semakin banyak wawancara yang dibutuhkan. jumlah peneliti dalam tim peneliti Ryan & Bernard, 2003 Pengalaman peneliti, kelelahan Ryan & Bernard, 2003, dan kepercayaan diri Mason 2010 Namun perlu dicatat bahwa tidak ada aturan pasti mengenai seberapa banyak jumlah wawancara yang diperlukan. Namun, jika metoda kualitatif dirancang untuk memenuhi ketelitian dan kepercayaan, data yang tebal dan kaya itu lebih diutamakan. Untuk mencapai prinsip-prinsip ini, peneliti akan membutuhkan setidaknya 12 wawancara, namun dengan syarat responden memiliki pengetahuan dan pengalaman di topik yang ingin diteliti. Dalam penelitian grounded theory, peneliti bisa mulai dengan 12 responden dan wawancara lebih banyak lagi responden jika data yang didapat tidak cukup kaya. Dalam penelitian fenomenologi ada norma 6 wawancara sudah dirasa cukup. Diskusi menarik mengenai isu saturasi dalam wawancara dapat diikuti di Box 2013. Peneliti bisa memilih apakah akan mewawancarai ulang atau menambah responden. Wawancara ulang atau lanjutan dilakukan dengan kembali ke responden utama untuk wawancara kedua atau ketiga. Wawancara ini bertujuan untuk memperluas kedalaman informasi atau mengatasi kesenjangan yang muncul dalam analisis data. Sedangkan mewawancarai responden baru bertujuan untuk meningkatkan cakupan, kecukupan dan kelayakan data Morse, 1995. Keduanya merupakan pilihan yang diserahkan ke peneliti. Kritik dan Keterbatasan Metoda Wawancara Wawancara dapat dilihat sebagai satu bentuk metoda namun secara umum dapat dilihat juga sebagai berbagai macam praktik yang menggunakan percakapan untuk tujuan produksi pengetahuan. Wawancara dapat dilihat 36 sebagai alat untuk menceritakan pengalaman masal lalu, atau bisa juga lokasi untuk membahas makna dari sebuah fenomena. Wawancara dapat digunakan untuk berbagai tujuan dari menemukan fenomena, memperoleh baru, atau membangun praktik baru. Namun bukan berarti wawancara tanpa kritik. Berikut ini akan dibahas keterbatasan wawancara yang sering muncul dan tanggapan pada keterbatasan itu 1. Penelitian kualitatif bukanlah metoda penelitian yang valid. Sebagian orang akan mengatakan secara eksplisit bahwa wawancara kualitatif tidak ilmiah karena tidak melibatkan angka dan statistik sebagai bagian dari aspek ilmiahnya. 2. Penelitian kualitatif mengandalkan pada subyektivitas dan tidak dapat memberikan pengetahuan yang objektif Keberatan ini harus ditanggapi dengan pertanyaan "Apa yang Anda maksud dengan pengetahuan obyektif?" Jika pengetahuan obyektif berarti pengetahuan yang mencerminkan materi bahasannya, tampaknya tidak kontroversial karena wawancara kualitatif dapat memberi hal itu. 3. Wawancara kualitatif melibatkan pertimbangan manusia maka kurang reliabel Faktor manusia menentukan apa yang akan dianalisis, jika bukan karena faktor manusia — manusia berbicara, berinteraksi, memahami, dan menafsirkan satu sama lain — tetapi ini tidak berarti bahwa analisis dan interpretasi tidak dapat dibahas dan dikaji secara rasional. 4. Wawancara kualitatif umumnya berdasarkan beberapa kasus maka tidak bisa digeneralisasi Studi kualitatif tidak dapat, seperti penelitian kuantitatif, menunjukkan kemampuan generalisasi secara statistik dengan menerapkan tingkat signifikansi, misalnya, tetapi harus menggunakan beberapa bentuk generalisasi analitik. Isu dan Solusi Validitas, Reliabilitas, dan Generalisasi dalam Wawancara Bagaimana pewawancara yakin bahwa data yang dilaporkan atau ditulisnya adalah sesuai dengan apa yang disampaikan dan dimaksudkan oleh responden? Bagaimana juga pewawancara mengetahui bahwa responden mengungkapkan hal yang benar? Dan jika orang lain yang melakukan wawancara, apakah responden akan menyampaikan hal yang sama? Atau jika 37 wawancara dilakukan pada waktu yang berbeda, apakah responden akan merekonstruksi pengalamannya secara berbeda? Atau jika orang lain yang diwawancarai, apakah pewawancara akan mendapatkan pemahaman yang berbeda atau bahkan hasil yang kontradiktif? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu berkaitan dengan masalah validitas, reliabilitas, dan generalisasi yang seringkali dihadapi oleh peneliti yang melakukan pengumpulan data dengan metoda wawancara. Menurut McKinnon 1988, ada beberapa strategi dan taktik yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah validitas dan reliabilitas dalam penelitian lapangan, termasuk yang menggunakan metoda wawancara. Beberapa strategi tersebut diantaranya berkaitan dengan penggunaan metoda lain selain wawancara atau sering disebut dengan triangulasi, dan juga berkaitan kepribadian dan perilaku pewawancara pada saat melakukan wawancara. Adapun beberapa taktik yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah validitas dan reliabilitas antara lain berkaitan dengan cara penulisan catatan, tim riset, pemilihan responden, serta penggunaan pertanyaan penelusuran probing question. Silverman 2017 menambahkan bahwa ada lima cara yang dapat dilakukan dalam analisis data kualitatif agar diperoleh hasil atau temuan yang valid, yaitu 1. Prinsip refutabilitas - peneliti berusaha menyanggah asumsi awal tentang data agar objektivitas terjaga, dan peneliti berusaha menguji kembali data yang sudah diperoleh. 2. Senantiasa mencari kasus perbandingan – melalui triangulasi baik menggunakan data lain maupun metoda lain. 3. Pentafsiran data secara komprehensif – satu data dapat dianalisis berulang kali hingga hasilnya dapat digeneralisasi ke semua data yang terkumpul. 4. Analisis kasus yang menyimpang – setiap data yang terkumpul baik yang sesuai dengan prediksi maupun tidak tetap harus dianalisis sampai diperoleh penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Penggunaan tabulasi data yang tepat Pengajaran Metoda Wawancara Jika wawancara begitu mendominasi pilihan metoda dalam riset kualitatif, maka perlu dibahas pula bagaimana mengajarkan metoda ini ke mahasiswa? Berikut ini dijelaskan dalam bentuk tabel mengenai aktivitas pengajaran yang dapat diterapkan. 38 Tabel Aktivitas dalam Pengajaran Metoda Wawancara Memahami teori wawancara sebelum dan selama penelitian • Menulis pernyataan subyektivitas • Melakukan wawancara dengan peneliti • Berpartisipasi dalam latihan wawancara o Apa konsep yang tertanam di balik pertanyaan? o Mengapa pertanyaan ini penting bagi Anda? • Meneliti artikel untuk wawancara Mengembangkan refleksivitas • Investigasikan asumsi dan perspektif peneliti tentang topik / partisipan penelitian • Menginterogasi topik dan pertanyaan penelitian awal • Kembangkan proposal penelitian • Selidiki presuposisi dan perspektif peneliti tentang topik / partisipan penelitian • Pertanyaan wawancara percontohan dan refleksi pada proses wawancara / refleksivitas • Periksa subjektivitas selama proses penelitian • Rekam masalah metodologis yang muncul selama proses penelitian Memeriksa praktik pewawancara lain • Amati contoh wawancara o Meninjau praktik wawancara di media TV, radio, World Wide Web o Pemodelan wawancara oleh instruktur bermain peran • Meninjau transkrip wawancara dari penelitian lain Mengembangkan pengamatan kritis dan keterampilan mendengarkans • Amatilah beberapa contoh praktik wawancara o Bagaimana pewawancara dan responden bertanya dan menjawab pertanyaan? o Bagaimana data dikonstruksi oleh pembicara? o Apa hasil untuk produksi “data” untuk tujuan penelitian? o Apa bentuk bukti dalam transkripsi? Mengembangkan praktik wawancara yang reflektif • Kembangkan pertanyaan penelitian dan pertanyaan wawancara • Melakukan praktik wawancara individu dan / atau kelompok fokus o Berpartisipasi dan merefleksikan wawancara yang dilakukan dalam latihan wawancara o Merefleksikan hasil rekaman wawancara pilot Mempelajari cara mendesain studi penelitian dan melakukan wawancara • Pertimbangkan implikasi epistemologis dan teoritis yang mendasari asumsi bentuk wawancara misal Etnografi, fenomenologis, feminis, kelompok terfokus • Kembangkan pertanyaan wawancara yang selaras dengan asumsi teoritik tentang wawancara • Gunakan panduan wawancara untuk mengajukan pertanyaan • Merumuskan pertanyaan tindak lanjut untuk memperoleh rincian lebih lanjut mengenai deskripsi peserta • Dengarkan responden dengan seksama dan antusias • Secara kritis mengamati bagaimana pewawancara dan responden berorientasi pada ucapan dan tindakan satu sama lain Mengembangkan wawancara untuk penelitian sendiri • Mengembangkan proposal penelitian yang mencakup latar belakang, literatur pendukung, pertanyaan penelitian, dan protokol wawancara • Menerapkan peninjauan ijin subyek manusia Berlatih merancang penelitian • Cocokkan asumsi epistemologis dan teoretis mengenai penelitian sosial dengan metoda-metoda pengumpulan data yang digunakan • Cocokan genre wawancara yang dipilih dengan pertanyaan penelitian yang diajukan misal Etnografi, feminis, fenomenologis, wawancara riwayat lisan, grup terfokus • Kembangkan pertanyaan wawancara yang akan memunculkan data untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan • Memahami prosedur kelembagaan yang diperlukan untuk melakukan penelitian terkait etika dengan subyek manusia Melakukan proyek wawancara • Merekrut peserta • Menjadwalkan wawancara • Melakukan wawancara dengan proses berikut o Wawancara direkam audio /video o Informed consent dijelaskan o Mendengarkan dengan seksama o Panduan wawancara diikuti o Pertanyaan lanjutan diajukan Mempelajari cara menghasilkan data wawancara untuk keperluan penelitian • Memahami langkah dalam merekrut peserta penelitian misal keterlibatan gatekeeper • Cari tempat dan jadwal yang tepat untuk wawancara penelitian • Menunjukkan penguasaan teknis peralatan yang digunakan dalam wawancara misalnya, peralatan digital atau analog, mikrofon eksternal • Jelaskan tujuan penelitian kepada peserta • Kembangkan keterampilan berbicara untuk berbicara dengan teman / orang asing • Kembangkan pertanyaan tindak lanjut untuk mendapatkan deskripsi lebih lanjut • Tunjukkan rasa hormat kepada peserta • Pertimbangkan implikasi etis dari studi misal masalah sensitif Bekerja dengan data wawancara • Menyusun transkripsi wawancara Mempelajari cara menafsirkan dan menganalisis data wawancara • Cocokkan asumsi teoritis dari sifat ontologis dan epistemologis dari data wawancara dengan persyaratan transkripsi misalnya, apakah konvensi transkripsi sesuai • Menunjukkan penguasaan teknis peralatan misalnya, perangkat lunak transkripsi, mengunduh dan menyimpan file digital Diadopsi dari Gubrium et al., 2012 Daftar Pustaka Atkinson, P., & Silverman, D. 1997. Kundera’s Immortality The Interview Society and the Invention of the Self. Qualitative Inquiry, 33, 304–325. Beasley, M. S., Carcello, J. V, Hermanson, D. R., & Neal, T. L. 2009. The Audit Committee Oversight Process. Contemporary Accounting Research, 261, 65–122. Bazeley, P., & Jackson, K. 2013. Qualitative Data Analysis with NVivo. SAGE Publications. Bertaux, D. 1981. Biography and society the life history approach in the social sciences. Sage Publications. Boll, K. 2014. Shady car dealings and taxing work practices An ethnography of a tax audit process. Box, I. 2013. Cowboy, Cataloguer, Methodist, Magician and Master Gestalts of Analysis and Design. Brinkmann, S. 2013. Qualitative Interviewing. OUP USA. Browne, J., & Russell, S. 2003. Recruiting in Public Places A Strategy to Increase Diversity in Qualitative Research Samples. Qualitative Research Journal , 32, 75–87. Burmeister, E., & Aitken, L. M. 2012. Sample size how many is enough? Australian Critical Care Official Journal of the Confederation of Australian Critical Care Nurses, 254, 271–274. Corbin, J., & Strauss, A. 2014. Basics of Qualitative Research. SAGE Publications. Corley, K. G., & Gioia, D. A. 2004. Identity ambiguity and change in the wake of a corporate spin-off. Administrative Science Quarterly, 492, 173–208. Creswell, J. W., & Poth, C. N. 2017. Qualitative Inquiry and Research Design Choosing Among Five Approaches. SAGE Publications. Dahler-Larsen, P. 2008. Displaying Qualitative Data. University Press of Southern Denmark. Davies, C. A. 2008. Reflexive Ethnography 2nd ed.. London Routledge De Hoyos, M., & Barnes, 2012. Analysing Interview Data. Coventry. Retrieved from Dibley, L. 2011. Analysing narrative data using McCormack’s Lenses. Nurse Researcher, 183, 13–19. Flick, U. 2014. Mapping the Field. The SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis, 3–18. 41 Foucault, M., Martin, L. H., Gutman, H., & Hutton, P. H. 1988. Technologies of the Self A Seminar with Michel Foucault. University of Massachusetts Press. Fox, K. A. 2018. The manufacture of the academic accountant. Critical Perspectives on Accounting. Fusch, P. I., & Ness, L. R. 2015. The Qualitative Report Are We There Yet? Data Saturation in Qualitative Research Are We There Yet? Data Saturation in Qualitative Research. The Qualitative Report, 209, 1408–1416. Gephart, R. P. 1993. The Textual Approach Risk and Blame in Disaster Sensemaking. Academy of Management Journal, 366, 1465–1514. Glaser, B. G., & Strauss, A. L. 1967. The Discovery of Grounded Theory Strategies for Qualitative Research. Aldine. Gubrium, J. F., Holstein, J. A., Marvasti, A. B., & McKinney, K. D. 2012. The SAGE Handbook of Interview Research The Complexity of the Craft. SAGE Publications. Guest, G., Bunce, A., & Johnson, L. 2006. How Many Interviews Are Enough? Field Methods, 181, 59–82. Harvard Department of Sociology. 2017. Strategies for qualitative interviews. Harvard University. Boston. Retrieved from Holstein, J. A., & Gubrium, J. F. 1995. The Active Interview. SAGE Publications. Kornberger, M., Justesen, L., & Mouritsen, J. 2011. “When you make manager, we put a big mountain in front of you” An ethnography of managers in a Big 4 Accounting Firm. Accounting, Organizations and Society, 368, 514–533. Kvale, S., & Brinkmann, S. 2014. InterViews. SAGE Publications. Retrieved from Mason, M. 2010. Sample Size and Saturation in PhD Studies Using Qualitative Interviews. Forum Qualitative Social Research, 113. Mann, S. 2016. Interview Context. In The Research Interview pp. 58–85. London Palgrave Macmillan UK. McKinnon, J. 1988. Reliability and Validity in Field Research Some Strategies and Tactics. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 11, 34–54. Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. 2013. Qualitative Data Analysis. SAGE Publications. Mishler, E. G. 1991. Research Interviewing. Harvard University Press. Retrieved from Morse, J. M. 1995. The Significance of Saturation. Qualitative Health Research, 52, 147–149. O’Reilly, M., & Parker, N. 2013. Unsatisfactory Saturation’ a critical exploration of the notion of saturated sample sizes in qualitative research. Qualitative Research, 132, 190–197. Patton, M. 2002. Qualitative Research & Evaluation Methods 3rd ed.. Thousand Oaks, CA SAGE Publications. Pavlenko, A. 2007. Autobiographic Narratives as Data in Applied Linguistics. Applied Linguistics, 282, 163–188. Pratt, M. G. 2008. Fitting oval pegs into round holes Tensions in evaluating and publishing qualitative research in top-tier North American journals. Organizational Research Methods, 113, 481–509. Pratt, M. G. 2009. From the editors For the lack of a boilerplate Tips on writing up 42 and reviewing qualitative research. American Society of Nephrology Briarcliff Manor, NY Roulston, K. 2010. Reflective Interviewing A Guide to Theory and Practice. SAGE Publications. Roussy, M. 2013. Internal auditors’ roles From watchdogs to helpers and protectors of the top manager. Critical Perspectives on Accounting, 247–8, 550–571. Rowley, J. 2009. Conducting research interviews. Management Research Review, 353/4, 260–271. Rubin, H. J., & Rubin, I. S. 2012. Qualitative Interviewing The Art of Hearing Data. SAGE Publications. Ryan, G. W., & Bernard, H. R. 2003. Techniques to Identify Themes. Field Methods, 151, 85–109. Schuchter, A., & Levi, M. 2015. Beyond the fraud triangle Swiss and Austrian elite fraudsters. Accounting Forum, 393, 176–187. Schutt, R. K. 2011. Investigating the Social World The Process and Practice of Research. SAGE Publications. Seidman, I. 2006. Interviewing as Qualitative Research A Guide for Researchers in Education and the Social Sciences. Teachers College Press. Silverman, D. 2015. Interpreting Qualitative Data. SAGE Publications. Retrieved from Silverman, D. 2016. Qualitative Research. SAGE Publications. Retrieved from Silverman, D. 2017. Doing Qualitative Research. SAGE Publications. Retrieved from Spring ; Caelli, K., Ray, L., & Mill, J. 2003. Clear as mud’ Toward greater clarity in generic qualitative research. International Journal of Qualitative Methods Vol. 2. Talmy, S., & Richards, K. 2011. Theorizing Qualitative Research Interviews in Applied Linguistics. Applied Linguistics, 321, 1–5. Walker, J. L. 2012. The use of saturation in qualitative research. Canadian Journal of Cardiovascular Nursing = Journal Canadien En Soins Infirmiers Cardio-Vasculaires, 222, 37–46. Weick, K. E. 1995. Sensemaking in Organizations. SAGE Publications. Retrieved from Weick, K. E., Sutcliffe, K. M., & Obstfeld, D. 2005. Organizing and the Process of Sensemaking. Organization Science, 164, 409–421. Wolcott, H. F. 2009. Writing Up Qualitative Research. SAGE Publications. Indeks Analisis Isi, 19 Analisis Tematik, 20 Bourdieu, 11 constructionist, 3, 21, 26 interview society, 1 meaning-making, 5 neo-positivist, 3, 4 penelitian interpretif, 1, 7 penelitian kritis, 1 romantic, 3, 4 saturasi, 32 technologies of the self, 2 Wawancara kelompok terfokus, 8 Wawancara semi-terstruktur, 9 wawancara terstruktur, 4, 6 Wawancara tidak terstruktur, 7, 8 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Fusch Lawrence NessFailure to reach data saturation has an impact on the quality of the research conducted and hampers content validity. The aim of a study should include what determines when data saturation is achieved, for a small study will reach saturation more rapidly than a larger study. Data saturation is reached when there is enough information to replicate the study when the ability to obtain additional new information has been attained, and when further coding is no longer feasible. The following article critiques two qualitative studies for data saturation Wolcott 2004 and Landau and Drori 2008. Failure to reach data saturation has a negative impact on the validity on one’s research. The intended audience is novice student researchers. © 2015 Patricia I. Fusch, Lawrence R. Ness, and Nova Southeastern University. Kenneth FoxThis paper uses observation and semi-structured interviews, informed by limited auto-ethnography, to examine the experiences of accounting doctoral students at a North American business school. Analyzing the findings with a theoretical approach to understanding scientific activity Knorr-Cetina, 1981, this study investigates the influence of networks of academic supervisors, colloquia facilitators, and other doctoral students on the socialization of developing accounting academics as they learn the research process. The paper demonstrates that these resource-relationships play a key role in the formation of the doctoral student in relation to their respective field. The paper also demonstrates the influence of the particular methodology they are learning, as part of the socialization process. The degree of the field-specific methods’ indeterminacy influences the students’ perception of limits to their freedom and innovation. Building on previous research, the paper challenges the opposition of interpretive accounting research to a positivist/functionalist mainstream the paper shows that despite the potential provided by the Inter-disciplinary stream’s indeterminacy of what constitutes “good research”, such opposition limits innovation and BrowneSarah RussellFor some research projects, recruiting in public places is an invaluable addition to sampling strategies. It complements the more traditional recruitment strategies by providing researchers with' opportunities to include people in the research who would otherwise be excluded. One of the limitations of selective and snowball sampling is that participants often come from the same social group. Participants from these social groups often share similar experiences and ways of thinking about those experiences. The aim of recruiting in public places is to move beyond this 'in group' to ensure a wider perspective. This paper illustrates how recruiting in public places can provide greater sample diversity for theoretical strength. The paper begins with a brief overview of recruiting in public places. It then describes the theoretical considerations associated with this recruiting strategy. The paper demonstrates how recruiting in public places facilitates grounded theory by providing comparisons that are informed by diverse experiences. Using examples and a case study, we illustrate how recruiting in public places can complement selective, snowball and theoretical sampling to ensure a more comprehensive sample.
Jawabankuesioner ataupun pedoman wawancara disusun atau dibuat berdasarkan pengembangan dari rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian.
Squad, apakah kamu pernah mendengar wawancara di televisi? Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seorang narasumber orang yang memberikan informasi. Narasumber wawancara bentuknya sangat beragam, misalnya wawancara dengan pedagang, pengusaha, psikolog, atau para ahli lainnya. Untuk melakukan wawancara terdapat unsur-unsur yang harus terpenuhi. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka wawancara tersebut tidak dapat dilakukan. Apa saja unsur-unsur wawancara? Mari kita lihat. Unsur-unsur Wawancara 1. Pewawancara atau orang yang mencari informasi yang berkedudukan sebagai penanya. 2. Narasumber atau informan atau orang yang diwawancarai. Dalam hal ini, narasumber atau informan berkedudukan sebagai penjawab pertanyaan atau pemberi informasi. Narasumber yang diwawancarai biasanya merupakan seseorang yang memiliki keterkaitan dengan perihal informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, narasumber dapat berupa tokoh, ahli, atau orang biasa. 3. Tema atau perihal yang diwawancarakan. Tema sangat berperan dalam kegiatan wawancara. Dalam hal ini, tema menjadi pokok sekaligus pembatasan hal-hal yang dibicarakan. 4. Waktu atau kesempatan dan tempat. Kegiatan wawancara Sumber Baca juga Jenis Puisi dan Contohnya Langkah-langkah Melakukan Wawancara 1. Menentukan topik wawancara Sebelum melakukan wawancara, kita harus menentukan topiknya, misalnya, tentang kesehatan, pendidikan, hiburan, olahraga, pemerintahan, dan kedisiplinan. Penentuan topik wawancara menjadi dasar untuk menentukan narasumber yang nanti akan diwawancarai. 2. Menentukan narasumber Setelah topik wawancara ditentukan barulah narasumber dipilih. Narasumber harus dipilih sosok yang benar-benar menguasai bidangnya. Dengan begitu, informasi yang diperoleh benar-benar informasi yang akurat dan diakui kebenarannya. 3. Menyusun daftar pertanyaan untuk wawancara Daftar pertanyaan disusun dengan tujuan agar wawancara dapat berjalan dengan lancar. Apabila wawancara dilakukan tanpa persiapan, apa yang seharusnya ditanyakan mungkin justru tidak ditanyakan saat wawancara berlangsung. Dengan demikian, informasi yang diperoleh pun juga tidak lengkap. 4. Melakukan wawancara Dalam melakukan wawancara, kita harus menerapkan etika berikut. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan berterima kasih atas kesempatan yang diberikan. Menggunakan bahasa yang santun. Menyampaikan pertanyaan secara sistematis dan urut. Fokus pada materi wawancara. Tidak menyudutkan narasumber dan tidak membuat tersinggung. Tidak memancing pertanyaan yang menjurus pada fitnah atau mengadu domba. Bersikap objektif dan simpatik. 5. Merangkum dan Menyampaikan Hasil Wawancara dengan Bahasa yang Mudah Dipahami Latihan Soal Perhatikanlah kutipan wawancara berikut ini. Pewawancara “Selamat siang, Mbak. Apa Anda suka sinetron?” Narasumber “Tergantung ya. Kalau sinetron tersebut bertema keagamaan, mengedepankan nilai moral dan budaya.” Pewawancara “Bagaimana tren sinetron saat ini menurut Anda?” Narasumber “Meracuni generasi Mas. Bagaimana tidak, lha tema seputar ”menembak” pacar, patah hati, dendam mertua, memburu kekayaan, dan pamer kemewahan. Tidak pantas buat adat ketimuran dan tidak pedagogis.” Simpulan wawancara tersebut adalah…. tayangan sinetron tidak mendidik film religi diminati film harus mengedepankan moral tayangan sinetron bervariasi Jawaban A Pembahasan berdasarkan wawancara tersebut, simpulan yang diperoleh adalah bahwa tayangan sinetron tidak mendidik. Hal itu ditunjukkan oleh komentar dari narasumber yang menyebut bahwa tayangan sinetron tidak pantas buat adat ketimuran dan tidak pedagogis. Mudah kan Squad? Jika kamu mengikuti aturan dan etika wawancara yang sudah disebutkan tadi pasti kegiatan wawancara akan lancar. Jika kamu ingin berlatih dengan guru privat berkualitas, kamu bisa mencarinya di ruangles. Belajar dengan guru yang sesuai dengan kriteriamu dan rasakan BelajarJadiHebat. Referensi Wirajaya, Asep Yudha. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP atau MTs kelas VIII. Jakarta Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sumber FotoIlustrasi wawancara. Tautan Artikel diperbarui 1 Desember 2020
Berikutcara menyusun pertanyaan wawancara. ADVERTISEMENT 1. Buatlah Pertanyaan sesuai dengan Topik Wawancara Langkah pertama adalah membuat pertanyaan yang disesuaikan dengan topik wawancara dan tentunya dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pewawancara. 2. Menyusun Kalimat Tanya dengan Efektif
- Wawancara sering dijumpai dalam acara di televisi, siaran radio, berita di koran dan lainnya. Biasanya pewawancara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada orang yang diwawancarai narasumber.Wawancara sangat penting karena salah satu keterampilan berbicara yang diperlukan di masyarakat. Dari kegiatan wawancara akan diperoleh informasi yang berharga. Keterampilan wawancara sangat diperlukan terutama bagi kamu yang bercita-cita menjadi wartawan, peneliti, jaksa, hakim dan lainnya. Sebelum melakukan wawancara, kamu harus mengetahui pokok-pokok wawancara. Berikut ini penjelasannya Pengertian wawancara Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Baca juga 7 Pertanyaan Ini Jebak Anda Saat Wawancara Kerja, Apa Saja? Dilansir dari wawancara adalah percakapan di mana pertanyaan diajukan dan jawaban diberikan. Secara umum, kata wawancara mengacu pada percakapan satu lawan satu. Satu orang bertindak berperan sebagai pewawancara dan orang lain berperan sebagai orang yang diwawancarai. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Dan keduanya bicara secara bergiliran. Wawancara biasanya melibatkan transfer informasi dari orang yang diwawancarai ke pewawancara. Orang yang memberikan informasi disebut sumber informasi atau narasumber. Informasi sangat dibutuhkan oleh orang yang mendengarkan atau membaca sebagai bahan atau data. Manfaat informasi untuk tugas sekolah, diskusi hingga dimuat dalam pemberitaan. Yang paling sering melakukan wawancara adalah yang berprofesi sebagai wartawan. Wartawan dituntut pandai memilih narasumber yang tepat untuk mendapatkan informasi akurat. Baca juga Catat, 3 Kesalahan Fatal Saat Wawancara Kerja Bentuk wawancara Terdapat beberapa bentuk wawancara, antara lain Wawancara berita untuk mencari bahan berita Wawancara dengan mempersiapkan pertanyaan lebih dulu Wawancara telepon yaitu wawancara melalui lewat telepon Wawancara pribadi Wawancara dengan banyak orang Wawancara mendesak atau mendadak Wawancara kelompok Tahapan wawancara Sebelum melakukan wawancara, ada beberapa tahapan yang harus dilewati, yaitu Tahap persiapan Tahap pelaksanaan Tahap pelaporan Berikut ini penjelasan masing-masing tahap wawancara tersebut Baca juga Begini Cara Lihat Kandidat Berpotensi saat Wawancara Kerja Tahap persiapan wawancara Terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum wawancara, yaitu Fisik Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus sudah benar-benar sehat secara fisik. Fisik prima akan memengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari wawancara tersebut. Mental Wartawan yang secara mental belum siap melakukan wawancara dengan narasumber berita akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi terhadap hasil wawancara yang akan diperoleh. Wartawan sangat memerlukan kesiapan mental. Daftar pertanyaan Wartawan harus membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga antara pertanyaan yang satu dengan yang lain memiliki hubungan jelas. Buat janji Wartawan harus membuat janji lebih dulu dengan narasumber sehingga kedua belah pihak sama-sama siap melakukan wawancara. Alat tulis dan alat perekam Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus mempersiapkan alat tulis seperti pena, buku catatan serta alat perekam. Baca juga Ingat, Jangan Kenakan 7 Jenis Busana Ini saat Wawancara Kerja Tahap pelaksanaan wawancara Berikut ini hal-hal yang harus dilaksanakan saat melaksanakan wawancara Datang tepat waktu Perhatikan penampilan Perkenalkan diri kepada narasumber Perkenalkan masalah yang akan ditanyakan Mulai dengan pertanyaan ringan bagi narasumber yang punya banyak waktu tetapi langsung ke inti persoalan untuk narasumber tertentu. Pertanyaan tidak bersifat interogatif atau terkesan memojokkan narasumber. Hindari pertanyaan yang sifatnya menggurui. Dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber. Bila narasumber keluar dari topik yang dibicarakan, wartawan bisa menyela. Jangan ragu mengajukan pertanyaan baru yang muncul dari penjelasan narasumber. Setelah seluruh pertanyaan diajukan, beri kesempatan pada narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan. Usai wawancara, sampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber. Baca juga Gunakan Kecerdasan Emosional saat Wawancara Kerja, Begini Caranya Tahapan pelaporan wawancara Hasil wawancara dituliskan dalam bentuk laporan yang biasanya berbentuk narasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan hasil wawancara, yaitu Perhatikan kaidah penulisan laporan, meliputi ejaan dan tanda baca. Jangan mencampuri hasil wawancara dengan pendapat sendiri. Pilihlah data yang relevan dengan permasalahan. Jaga nama baik narasumber dan bila perlu jaga kerahasiaan identitas narasumber. Rumusan pertanyaan wawancara Pertanyaan wawancara dimulai dengan menggunakan rumus 5W+1H. Berikut ini penjelasannya What apa yaitu apa yang terjadi. When kapan yaitu kapan peristiwa itu terjadi. Why mengapa yaitu mengapa peristiwa itu terjadi. Who siapa yaitu siapa saja yang terlibat dalam peristiwa itu. Where di mana yaitu di mana lokasi kejadian. How bagaimana yaitu bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Menyusundaftar pertanyaan untuk wawancara Daftar pertanyaan disusun dengan tujuan agar wawancara dapat berjalan dengan lancar. Apabila wawancara dilakukan tanpa persiapan, apa yang seharusnya ditanyakan mungkin justru tidak ditanyakan saat wawancara berlangsung. Dengan demikian, informasi yang diperoleh pun juga tidak lengkap. 4.
Pengertian Wawancara, Teknik, Langkah , Metode, Jenis, Ciri, Tujuan & Contoh Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal. Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan. Narasumber adalah orang yang memberikan jawaban atau pendapat atas pertanyaan pewawancara. Narasumber juga biasa disebut dengan informan. Orang yang bisa dijadikan sebagai narasumber adalah orang yang ahli di bidang yang berkaitan dengan imformasi yang kita cari. Menurut Para Ahli Charles Stewart dan Cash Wawancara adalah proses komunikasi dipasangkan dengan tujuan serius dan telah ditentukan dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab. Robert Kahn dan Channel Wawancara adalah pola khusus dari interaksi dimulai secara lisan untuk tujuan tertentu, dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan. Koentjaraningrat Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap muka. Lexy J. Moleong Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Denzig Wawancara dipandu dan rekaman pembicaraan atau tatap muka percakapan di mana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Lexy J Moleong 1991135 Menjelaskan bahwa wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam metode ini peneliti dan responden berhadapanlangsung tatap muka untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkandata tujuan yang dapat menjelaskan masalah penelitian. Sutrisno Hadi 1989192 Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung alatpemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi laten atau manifest. Ankur Garg Seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bila dilakukan oleh orang-orang yang mempekerjakan calon / kandidat untuk posisi, jurnalis, atau orang-orang biasa yang mencari tahu tentang kepribadian seseorang atau mencari informasi. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Contoh, Ciri, Faktor Juga Fungsinya Bentuk wawancara Bentuk-bentuk wawancara antara lain Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon. Wawancara pribadi. Wawancara dengan banyak orang. Wawancara dadakan / mendesak. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya. Jenis Wawancara Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu Wawancara bebas Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali. Wawancara terpimpin Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci. Wawancara bebas terpimpin Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar. Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak. Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden. Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya. Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah. Jenis-jenis wawancara 1.Wawancara serta merta Wawancara serta merta adalah wawancara yang dilakkan dalam situasi yang alamiah. Prosesnya terjadi seperti obrolan biasa tampa pertanyaan panduan. 2. Wawancara dengan petunjuk umum Wawancara dengan petunjuk umum adalah wawancara dengan berpedoman pada pokok-pokok atau kerangka permasalahan yang sudah dibuat terlebih dahulu. 3. wawancara berdasarkan pertanyaan yang sudah dibakukan. dalam hal ini pewawancara mengajukan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan atau dibakukan. Tahap Tahap Wawancara 1. Tahap Persiapan a. Menentukan maksud atau tujuan wawancara topik wawancara. b. Menentukan informasi yang akan di kumpulkan atau didata. c. Menentukan dan menghubungi nara sumber. d. Menyusun daftar pertanyaan. 2. Tahap Pelaksanaan a. Mengucap salam b. Memperkenalkan diri. c. Mengutarakan maksud dan tujuan wawancara. d. Menyampaikan pertanyaan dengan teratur. e. Mencatat dan merekam pokok-pokok wawancara. f. Mengahiri dengan salam dan meminta kesediaan narasumber untuk dapat dihubungi kembali jika ada yang perlu dikomfirmasi atau dilengkapi. 3. Tahap Penyusunan Hasil Wawancara. laporan wawancara terdiri dari bagian bagian sebagai berikut. a. Tema atau topik wawancara. b. Tujuan atau maksud dari wawancara. c. Identitas narasumber. d. Ringkasan isi wawancara dapat ditulis dalam bentuk dialog atau dalam bentuk narasi. Beberapa Hal Yang Harus Dihindari Ketika Proses Wawancara Berlangsung a. Menyampaikan pertanyaan yang sudah umum atau pasti jawabannya. b. Menanyakan pertanyaan yang inti jawabannya sama dengan pertanyaan sebelumnya. c. Meminta narasumber untuk mengulang-ulang jawabannya. d. Memotong pembicaraan narasumber. e. Bersikap lebih pandai dari narasumber. Syarat wawancara Syarat-syarat wawancara di antaranya adalah sebagai berikut 1. Ada pewawancara atau wartawan 2. Ada narasumber atau orang yang diwawancarai 3. Ada bahan yang di pertanyakan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berwawancara adalah sebagai berilut 1. Menentukan topik wawancara 2. Menetapkan narasumber 3. Menulis daftar pertanyaan 4. Merencanakan kegiatan wawancara 5. Mengidentifikasi pernyataan yang tepat untuk pendahuluan wawancara 6. Membuat janji dengan narasumber dan mengawali kegiatan wawancara 7. Menyempurnakan pernyataan untuk menutup wawancara 8. Melaksanakan wawancara Persiapan seorang wawancara Persiapan seoarang pewawancara antaralain sebagai berikut melakukan wawancara seroang pewawancara sebaiknya menyusun daftar pertanyaan serang pewawancara harus memiliki pengetahuan seputar hal-hal yang akan di wawancarai melakukan wawncara bersikaplah sopan dan jangan memojokkan narasumber 3. Jadilah pendengar yang baik, jangan mengulang pertanyaan hal-hal pokok/penting dari hasil wawancara hasil wawancara, dan janganlah menulis yang bukan hal-hal pokok/penting dari berita jadikanlah sebagai bahan menulis berita Kerangka wawancara Kerangka wawancara adalah segala hal yang berisi atau menyangkut kegiatan wawncara seperti 1. Topik wawancara 2. Calon narasumber 3. Pokok-pokok isi pertanyaan Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan Pengertian, Fungsi, Dan Jenis-Jenis Pranata Sosial Beserta Cirinya Lengkap TUJUAN WAWANCARA Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasidi mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. LANGKAH WAWANCARA Menentukan topik wawancara Menentukan tujuan wawancara Menyusun daftar pertanyaan Menentukan narasumber Melakukan wawancara Mencatat pokok-pokok wawancara Menyusun laporan wawancara SAAT WAWANCARA Memperkenalkan diri dan menyebutkan tujuan wawancara Menyebutkan nama narasumber dengan benar Bersikap sopan terhadap narasumber Pertanyaan harus sesuai dengan tema Hindari pertanyaan yang berbelitdan membingungkan Jadilah pendengar yang baik saat wawancara Jangan berdebat dengan narasumber Mencatat semua informasi penting untuk mepermudah dalam membuat laporan Mengucapkan terima kasih bila wawancarai telah selesai ETIKA WAWANCARA Identifikasi diri dengan menyebutkan nama Jelaskan tujuan dan topic wawancara Datanglah tepat waktu yang dijanjikan Memperhatikan penampilan , termasuk cara berpakaian Bersikap sopan , satun , dan ramah Menggunakan Bahasa yang komunikatif LAPORAN WAWANCARA Topik Narasumber Tujuan wawancara Tempat wawancara Tanggal wawancara Informasi hasil wawancara Kesimpulan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara Tentukan topic wawancara dan nara sumber yang akan diwawancarai. Tanyakan informasi yang ingin didapat dari narasumber secara singkat sesuai dengan topik dan narasumber. Berbicaralah dengan bahasa yang sopan dan santun. Hindari pertanyaan yang menyinggung narasumber. Cara melakukan wawancara Tentukan topik dan narasumber yang akan kamu wawancarai. Susunlah daftar pertanyaan yang akan kamu tanyakan kepada narasumber sesuai dengan topic yang kamu tentukan. Lakukan wawancara sederhana sesuai dengan daftar pertanyaan yang kamu buat dengan narasumber. Gunakan bahasa Indonesia yang santun, baik, dan benar. Catatlah semua informasi yang kamu peroleh. Untuk penilaian catatlah informasi tersebut dalam bentuk laporan. Serahkan laporan pada gurumu untuk dinilai. Bentuk Wawancara Bentuk-bentuk wawancara antara lain Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon. Wawancara pribadi. Wawancara dengan banyak orang. Wawancara dadakan / mendesak. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya. Keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh sikap wawancara selain jurnalis juga ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup juga dibentuk oleh isu-isu dan informasi tentang materi pelajaran baik oleh pembicara dan wartawan. Teknik Wawancara Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data,sedangkan pengumpulan data antara lain ada 3,yaitu Metode pengmatan secara langsung Metode dengan menggunakana pertanyaanwawancara Metode khusus Dalam pembagian diatas,dasar pembagian adalah sampai berapa jauh si pengambil data langsung atau tidak langsung bergaul sampai dengan subjek penelitian Perbedaan wawancara dengan dengan percakapan sehari-hari Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal Responden selalu menjawab pertanyaan Pewawancara selalu bertanya Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban tetapi harus selalu bersikap netral Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumya pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide Wawancara merupakan proses interakasi anatara pewawancara dan bagi pewawancara proses tersebuta adalah satu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian,tetapi belum tentu bagi responden ,wawancara adalah langkah dalam penelitian,tetapi belum tentu bagi responden,wawancar adalah bagian dari penelitian. andaikata pewawancara dan responden menganngap bahwa wawancara adalah bagian dari penelitian,tetapi sukses tidakanya pelaksanaan wawancara bergantung sekali dari proses interaksi yang hal yang piling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan pengertianinsight Masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsisubliminal cues sukar dikenali karena antara pewawancara dan responden belum saling itu pewawancara sedapat mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam interaksi,antara lain Siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tertentu Memcoba membawa isyarat tersebut ke batas yang diberi makna Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan √ 25+ Contoh Surat Pengunduran Diri Resign Yang Baik Dan Benar Metode Wawancara A. MASA PERSIAPAN Sebelum peneliti melaksanakan tugas lapangan, beberapa hal harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu dengan masak. Sudah ditentukan metode sampling apa yang akan ditempuh. Syarat-syarat responden sudah ditentukan. Sudah ditetapkan cara mencari ganti subtitusi responden yang karena sesuatu hal tidak dapat ditemui. Kuesioner sudah disusun dengan baik dan sudah ditentukan bahasa apa yang akan dipakai. Bila akan menggunakan bahasa daerah, dapat ditempuh dua cara pertama, terjemahan kuesioner sudah selesai dikerjakan; kedua, terjemahan dikerjakan oleh seluruh pewawancara secara “gotong-royong”, yaitu secara bergiliran pewawancara menerjemahkan pertanyaan demi pertanyaan. Sesudah itu, hasil terjemahan diperbaiki oleh peneliti, dan selanjutnya diperbanyak untuk dibagikan kepada semua pewawancara sebagai pedoman menyampaikan pertanyaan. Keuntungan cara yang kedua ini ialah pewawancara lebih menghayati isi tiap pertanyaan, karena mereka ikut terlibat dalam pemikiran terjemahannya. Jadwal latihan untuk pewawancara direncanakan dengan seksama. Organisasi lapangan dan jadwal harian di lapangan di susun. Orientasi lapangan dilakukan oleh peneliti dan tempat tinggal yang cocok ditetapkan. B. MASA LATIHAN Latihan wawancara diadakan untuk memberika bekal keterampilan kepada wawancara untuk mengumpulkan data dengan hasil baik. Karena tidak ada ukuran standar untuk survei ataupun pewawancara, maka tak ada pula program latihan yang baku. Sifat, materi dan lamanya program latihan disesuaikan dengan kebutuhan survai yang akan dilakukan. Misalnya tergantung pada jumlah dan kualitas pewawancara, waktu yang tersedia, mudah atau sulitnya kuesioner yang harus dipelajari dan juga besarnya anggaran yang tersedia. Pada prinsipnya yang perlu diberikan selama masa latihan formal ialah Penjelasan tujuan penelitian Penjelasan tujuan tugas pewawancara dan menekankan pentingnya peranan pewawancara. Penjelasan tiap nomor pertanyaan dalam kuesioner, baik konsep yang terkandung di dalamnya maupun tujuan pertanyaan tersebut. Diberikan alasan mengapa pertanyaan disusun demikian. Apa tujuan pertanyaan tertentu. Pada hakekatnya pewawancara harus mengetahui dengan tepat maksud semua pertanyaan, supaya dapat mengumpulkan informasi yang tepat dan jelas. Penjelasan cara mencatat jawaban responden. Bila jawaban belum jelas digunakan teknik probing. Penjelasan cara pengisian dan arti dari semua tanda-tanda pengisian kuesioner. Pengertian yang mendalam tentang pedoman wawancara, untuk mengurangi sejauh mungkin kegagalan dalam mendekati responden. Pedoman wawancara mencakup etika, sikap, persiapan dan taktik wawancara. Prosedur wawancara, dari memperkenalkan diri sampai dengan meninggalkan responden. Orientasi tentang masalah apa yang dapat timbul di lapangan dan bagaimana mengatasinya. Latihan wawancara C. RENCANAKAN KUNJUNGAN D. PELAKSANAN KUNJUNGAN OPENING INTERVIEW Adalah wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas jawabannya atau tidak terkait REAL INTERVIEW CLOSING INTERVIEW E. KONSEP WAWANCARA SITUASI WAWNCARA situasi wawancara terbabi menjadi 4,yaitu 1. waktu wawancara harus dicari sedemikina rupa sehingga bagi responden merupakan waktu yang tidak digunakan untuk pekerjaan lain,dan dijaga agar responden tidak menggunakan waktu terlalu lama untuk wawancara 2. tempat untuk wawancara haruslah suatu tempat yang dapat diterima oleh responden dan masyarakat sekelilingnya 3. kehadiran orang lain dalam wawancara dapat menambah komunikasi,dan ada pula yang dapat mengurangi kelancaran komunikasi. 4. sikap masyarakat dalam wawancara ,harus diperhatikan,agar terjalin komunikasi yang baik Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan √ Ilmu Komunikasi Teori, Pengertian, Macam Dan Jenisnya FAKTOR PEWAWANCARA Faktor pewawancara ada empat yaitu sosial Yaitu faktor yang pentung dalam komunikasi dari pewawancara ,latar belakang dari sosial dari pewawancara , merupkana sifat yang dapat melancarkan atau menghambat sosial, sikap, kesehatan, latar belakang dari responden juga merupakan sifat-sifat yang mempengaruhi interaksi . melaksanakan wawancara Keterampilan dalam bertanya ataupun gerak- gerik yang mengundang jawaban yang tepat dan lancar sangat diperlukan bagi seorang pewawancara . Pewawancara harus mempunyai motivasi yang tinggi serta meras aman dalam melaksanakan wawancara. aman Pewawancara harus dapat membuat pertanyaan serta situasi sedemikian rupa sehingga responden mempunyai rasa aman. FAKTOR RESPONDEN ISI SCHEDULE KUISIONER Kuisioner adalah alat lain untuk mengumpulkan data atau daftar pertanyaan. Pertanyaaan- pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut cukup terperinci dan lengkap. jika yang menuliskan ke kuesioner adalah responden,maka daftar pertanyaan tersebut disebut kuesioner. Sedangkan yang vmenulis isiannya adalah pencatat yang membawakan daftar isian dalam suatu tatap muka,daftar pertanyaan tersebut disebut nama yang diberikan kepada daftar pertanyaan disebut kuesioner atau schedule tetapi isi dari daftar pertanyaan tersebut sama saja sifatnya. kuesioner atau schedule tidak lain adalah sebuat set pertanyaan yang secara logis yang berhubungan dengan masalah penelitian,dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawanban yang mempunyai makana dalam menguji hipotesis. Ciri – Ciri Wawancara WAWANCARA PERSONAL Wawancara personal adalah wawancara pribadi misalnya seseorang tokoh penting didatangi secara khusus untuk mendapatkan pendapat atau informasi tentang sesuatu yang perlu dijelaskan secara panjang lebar. Untuk wawancara model ini,wartawan perlu mempersiapkan gambaran masalah dan butir pertanyaannya. Ini penting untuk mendapat informasi dan pendapat yang diinginkan. Dan dengan persiapan itu wartawan dapat mengendalikan pembicaraan sehingga tidak menyimpang kemana-mana. A. DOOR TO DOOR B. MAIL INTERCEPT INTERVIEWS WAWANCARA TELEPON Wawancara telepon adalah wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon. Lazim digunakan dalam keadaan mendesak. Pada wawancara via telepon wartawan tidak menangkap suasana orang yang diwawancarai. BENTUK A. WAWANCARA TERSTRUKTUR Wawancara terstruktur adalah wawancara yang sebagian besar jenis-jenis pertanyaannya telah ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang ditanya dan materi pertanyaannya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada beberapa alternative yang paling mudah terhadap pertanyaan terstruktur adalah “ya” atau “tidak”.Beberapa contoh dari pertanyaan terstruktur adalah anda mempunyai mobil dinas? -ya -tidak anda setuju dengan recana kenaikan harga BBM? -ya -tidak Adakalanya pertanyaan sudah terstruktur dengan sendirinya,karena jawaban yang dapat diberikan kepada pada pertanyaan tersebut hanya satu umur anda pada hari ulang tahun anda yang terakhir?” —- tahun Namun adakalanya juga pertanyaan tidak dapat dibuat berstruktur karena kita tidak mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan hal ini maka pertanyaan dibuat menjadi semi terstruktur,dimana di bawah alternative-alternatif jawaban ditambahkan “lain-lain” Contoh anda tidak mengikuti program BIMAS? -Tidak mengetahui ada program BIMAS di desa ini -takut mengambil resiko -tidak dibenarkan oleh tuan tanah -alasan lain-lain …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………….. Wawancara terstruktur ada baiknya ada pula buruknya,kebaiaknyya adalah terstruktur mudah dianalisa yang diberikan akan lebih mendapat gambaran yang lebih jelas dari pertanyaan yang diajukan sendiri memberikan penilaian sendiri terhadap jawaban yang harus diberikan disamping kebaikan maka petanyaan tersttuktur mempunyai kelemahan sebagai berikut responden membertikan jawaban ,padahal responden tidak tahu akan masalah tersebut dapat menimbulkan biasambigu/pengertian ganda,karena jawaban yang diinginkan tidak termasuk dalam alternative-alternatif penelitian kemungkinan ada jawaban lain yang lebih relevan yang tidak dipikirkan oleh si pembuat peneliti Wawancara terstruktur hanya baik dibuat untuk mengetahui hal-hal yang mempunyai sedikit alternative jawaban Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan “Humas Hubungan Masyarakat ” Pengertian & Tugas – Tujuan – Prinsip – Fungsi – Manfaat B. WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang tidak secara ketat telah ditentukan sebelumnya mengenai jenis-jenis pertanyaan, urutan, dan materi pertanyaannya. Wawancara tak terstruktur atau disebut juga dengan pertanyaan terbuka berarti juga pertanyaan yang dibuat sedemiakian rupa dan jawabannya serta cara pengungkapannya dapat wawancara tertruktur jarang digunakan dalam kuesioner,tetapi banyak digunakan dalam inter mempunyai kebebasan dalam menjawab pertanyaan terbuka Contoh Wawancara 1. Menurut Anda sendiri… apakah Anda ini pintar? ingat, ada beda antara rendah hati dan rendah diri. Dan ini bukanlah waktu untuk menjadi sempurna pada keduanya. Iya. Dalam artian bahwa kepintaran di sini bukan sekedar diukur dari hasil tes IQ. Saya pikir kepintaran seseorang akan benar2 tampak ketika seseorang menghadapi beragam situasi dan berinteraksi dengan banyak orang. Dan dari aspek itulah saya merasa miliki keunggulan. Saya memiliki rasa percaya diri yg besar pada kemampuan saya untuk bekerja dengan orang lain, menyelesaikan permasalahan bisnis, dan juga membuat keputusan yg terkait urusan kerja. Tentu saja masih ada banyak hal yang saya belum tahu, tapi saya optimis bahwa saya bisa mempelajarinya. Sehingga saya lalu juga mengartikan kepintaran sebagai kemampuan yg baik untuk mengajukan pertanyaan pintar, mendengarkan dengan seksama, dan menyadari tak ada orang yg tahu tentang segalanya. 2. Apakah Anda merasa bosan bila harus melakukan pekerjaan yg sama berulang-ulang? Tidak juga. Bila pekerjaan itu memang sudah menjadi tugas saya, maka saya tidak akan merasa bosan karena itu memang tanggung jawab saya untuk merampungkannya dengan kemampuan terbaik. Menurut saya, pekerjaan itu tidaklah harus punya sifat menghibur, yg penting saya telah meyakini bahwa itu adalah harga yg harus dibayar untuk meraih kesuksesan yg lebih tinggi. Saya berpendapat bahwa bila ada seseorang yang mudah bosan dengan repetisi, maka dia bisa jadi akan mengalami masalah yg cukup serius nantinya. Karena terkadang kita harus mengesampingkan kesukaan kita dan berfokus pada melakukan apa2 yang memang harus dilakukan – meskipun itu bukanlah suatu hal yg baru. Saya pikir sampai saat ini saya sudah terlalu sibuk untuk mengerjakan tugas saya sehingga sampai2 tidak sempat untuk merasa bosan 3. Anda lebih menyukai kerja dalam tim atau sendirian? Bekerja dalam tim adalah salah satu elemen terpenting dalam sukses karir dan juga hidup. Sepengetahuan saya, bila seseorang tidak bisa bekerja dengan baik dalam tim, maka dia pun biasanya juga akan susah untuk bekerja dan berkomunikasi secara produktif dalam hubungan orang per orang. Meskipun kerja tim amatlah penting, namun saya tetap mampu produktif dalam bekerja sendirian. Terkadang tekanannya memang terasa lebih berat, tapi saya sudah terbiasa untuk menganggapnya sebagai tantangan. Terkait manakah yg saya pilih; apakah bekerja dalam tim atau sendiri, maka itu tergantung pd manakah cara yg terbaik untuk merampungkan pekerjaan. Atas pilihan mana pun, saya masih bisa bekerja sama kerasnya dan dgn inisiatif penuh. 4. Apakah Anda suka bekerja dengan “benda”; apapun bentuknya? bila memang iya, apalagi pekerjaannya memang membutuhkan kompetensi teknis Ya, sedari dulu saya memang punya bakat dan kecepatan dalam mempelajari kemampuan teknis. Saya suka sekali bekerja dengan mesin dan gadget. Ketertarikan saya itu membuat saya bisa mengoperasikan banyak perangkat. Meskipun begitu saya juga punya kemampuan untuk mengkonseptualisasi sebuah penugasan dan lalu menerjemahkan konsep itu ke dalam bentuk konkrit implementasi di lapangan baca artinya klo Bapak ngasih saya perintah, bapak ndak perlu tahu tentang cara pengoperasian perangkat/mesin/gadget untuk memfasilitasi perintah itu. Cukup katakan saja perintahnya, ntar saya bisa kok mendayagunakan semua perangkat/mesin itu untuk memfasilitasi keinginan bapak. 5. Apakah Anda suka bekerja dengan angka? bila memang iya, or bila pekerjaannya membutuhkan kemampuan analitis dan matematis Tentu saja. Itu memang yang menjadi dasar untuk pekerjaan ini. Saya punya bakat yg kuat dlm mengurusi angka saya mampu menangani sisi hitung2an dari bisnis. Pencatatan dan pembukuan yg akurat memang bagian manajemen yg penting dan bisa membantu dalam menunjukkan wilayah2 yg bisa dikembangkan. Dan di bagian situlah saya memiliki bakat dan kemampuan. 6. Apakah Anda suka bekerja dengan orang? bila memang iya, atau situasi yang diharapkan memang adalah kerja tim Iya, sangat. Bila kita bermaksud untuk memenuhi target dan menindaklanjuti rencana pertumbuhan yang telah dicanangkan, maka kita memang harus mengatur dan mengkoordinasi kerja dari banyak orang. Saya percaya dengan kekuatan sinergi dalam kerja tim, di mana daya kreativitas yang muncul di sana akan lebih besar ketimbang yang bisa dimunculkan oleh orang per orang secara sendiri-sendiri. tapi bila tidak, atau bila pekerjaannya menuntut Anda untuk bisa kerja sendirian Saya selalu bisa bekerja dengan orang lain, tapi saya tak punya kesulitan untuk bekerja sendirian. Saya punya kemampuan inisiatif yang besar. Saya juga bisa membuat target-target secara mandiri, atau menjalani target yang ditugaskan dan merampungkannya. 7. Apakah Anda betah menangani hal-hal detail? Iya, saya kira begitu. Saya bersedia melakukan apa-apa yang ditugaskan kepada saya. Bila ketelitian ekstra pada detail adalah salah satu prasyarat di dalamnya, maka saya pun akan melakukannya. Saya percaya bahwa sukses dan percepatan karir adalah hasil langsung dari terlaksanya tugas dengan baik, termasuk di dalamnya adalah ketelitian pada hal-hal yang detail. 8. Apakah Anda punya jiwa kompetitif? Iya, saya punya itu. Menurut saya, sifat kompetitif itu diperlukan agar bisa sukses di lingkungan korporat. Namun dengan sifat kompetitif ini bukan berarti berkompetisi secara ganas dengan rekan kerja untuk mendapatkan pengakuan, kenaikan gaji, atau promosi. Bila saya bekerja dengan baik dan selalu memberikan upaya terbaik, saya yakin imbalannya pasti akan datang. Yang penting, kompetisi terbesar adalah dengan diri saya sendiri. Maksudnya, saya selalu berusah memecahkan rekor pribadi saya sendiri – untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih cepat dari yang sudah pernah saya lakukan. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan “Wartawan” Pengertian & Tujuan – Jenis – Tugas 9. Apa yang Anda lakukan bila Anda punya cara pandang yang berbeda dengan atasan? Yang jelas saya bukan seorang yes-man. Tapi meskipun begitu, saya cukup berhati-hati dengan bagaimana saya mengekspresikan pendapat. Saya tidak akan seenaknya menyatakan ketidaksepakatan saya atas pimpinan di depan banyak orang. Karena saya tahu rata-rata orang tidak suka dicela di depan umum. Selama rapat berlangsung, saya biasanya membuat mencatat dengan baik, lalu memberikannya kepada orang lain secara rahasia. Saya percaya kita bisa menunjukkan ketidaksepakatan dengan tanpa menunjukkan sikap pertentangan. Yang penting kan bukan ketidaksepakatan kita itu, namun adalah agar pendapat kita didengar dan dihargai. Dan saya tahu betul bahwa cara kita menyampaikan sesuatu akan menentukan apakah pendapat kita akan didengarkan atau tidak. Pertanyaan-pertanyaan saat wawancara kerja 1. Wawancara kerja biasanya di tanya apa ? Jawabanku Psikotes, tes umum, interview diri dan kemampuan, interview gaji 2. Terus jawaban yang benar gimana ? Jawabanku Jangan mengada-ada, Percaya Diri, dan sesuaikan dengan kemapuan anda kalo masalah gaji 3. Gimana biar gak grogi ? Jawabanku Ya itu, percaya diri, anggap mereka yang membutuhkan kita, bukan sebaliknya 4. Berapa kali sudah wawancara kerja ? Jawabanku Banyak Pertanyaan Terkait Keluarga Sebutkan pekerjaan orang tua Anda? Pikirkan jawaban Anda dg cermat. Hindari ucapkan sesuatu yg bernada negatif, seperti “Ayah saya cuma seorang tukang bersih-bersih” atau “Ibu saya nganggur di rumah” atau “Ibu saya tidak bekerja”. Ini bisa terjadi bila Anda mengandalkan spontanitas ketika menjawabnya -tidak melatihnya dulu- sementara Anda berada dalam kondisi PeDe yg lemah. Tunjukkan kebanggaan atas latar belakang keluarga meskipun itu semisal sangat sederhana “Ayah saya adl seorang penjaga kebersihan, dan ibu saya adl seorang ibu rumah tangga yg aktif.” Tapi hati-hati untuk tidak berlebihan sehingga terkesan congkak juga lho. Jangan sampai ada kesan bahwa Anda merasa kompeten atau jagoan mentang2 orang tua adl orang -yg menurut perkataan Anda- berpangkat & terpandang. Apakah Anda masih tinggal bersama orang tua? Klo emg iya ya ga papa to. Yang penting berikan kesan bahwa Anda telah membuat pengaturan yg menunjukkan tanggung jawab alih2 ndak bondo. “Iya, saya tinggal bersama kedua orang tua. Kami membuat pengaturan bahwa beban listrik dan air saya yang tanggung, sementara biaya perawatan rumah orang tua yang tanggung. Pengaturan semacam ini membuat saya masih bisa mengalokasikan pemasukan bersih saya untuk pengembangan diri seperti untuk membeli buku atau mengikuti berbagai training dan seminar”. ndak usah ngaku klo uangnya juga dibuat utk beli novel, komik atau DVD PS2 Seberapa jauh rumah Anda dari sini kantor? Jika Anda pas tinggal di tempat yg emang juauh dari kantor, ada baiknya Anda katakan bahwa Anda bersedia mencari tempat yg lebih dekat dengan kantor. Terutama bila Anda melamar pada kerjaan yg membutuhkan kehadiran sewaktu2 misal surveyor. “Jarak dari rumah ke sini 8 kilometer tepat, terhitung dari pintu rumah ke gerbang kantor. Dan pagi ini sudah saya catat jarak tersebut saya tempuh selama 47 menit” atau “Berkendara dengan motor dari rumah butuh waktu sekitar 1 jam 50 menit, untuk jarak 18 kilometer dari rumah saya ke sini. Itu dengan pertimbangan kemacetan tidaklah terlalu parah. Saya tidak keberatan berkendara jauh dua kali sehari – toh saya sedari dulu suka memulai aktivitas lebih awal. Namun jika saya diterima di sini, bisa jadi saya akan mempertimbangkan untuk pindah di daerah sekitar sini”. Berapa banyak waktu yg Anda habiskan bersama keluarga? Perlu hati-hati juga untuk menjawab pertanyaan ini. Anda bisa jadi sedang diwawancara oleh interviewer yang work-oriented dan punya prinsip bahwa pekerjaan adalah segala-galanya, atau bisa jadi Anda diwawancara oleh mereka yang amat mementingkan keluarga. Sebelum Anda menjawab, coba Anda lihat-lihat dulu ruangan sekitar Anda sebaiknya segera setelah Anda masuk ke ruangan. Apakah di sana ada foto keluarga, aksesoris meja yang itu terkesan dibuat oleh anak-anak, atau yg lain. Yang berikut ini adalah jawaban umum. Silahkan Anda modifikasi sendiri. “Saya rasa saya biasa menghabiskan waktu yg cukup dengan keluarga saya. Bagi saya, keluarga itu penting. Adalah keterikatan yang kuat dengan keluarga yang membuat saya amat temotivasi untuk sukses dalam karir. Keluarga saya adalah inpsirasi saya dalam bekerja keras. Saya juga miliki tanggung jawab yg besar pada pekerjaan saya, seperti halnya tanggung jawab saya pada keluarga. Dan hal ini telah dimengerti dengan baik oleh keluarga saya. Keluarga saya memahami bahwa saya memiliki komitmen profesional yg harus dijaga terkait dengan karir dan pekerjaan.” Menurut pendapat Anda, pernikahan yg sukses itu seperti apa? Meskipun Anda belum menikah misal, mestinya Anda sudah punya gambaran tentang hal ini. “Saya pikir pernikahan yang sukses itu adalah pernikahan yang didasarkan atas rasa saling menghormati dan percaya satu sama lain, dengan cukup waktu untuk saling berbagi, berkomunikasi satu sama lain, dan juga memberi. Klo salah satu anggota keluarga tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka, pernikahan itu akan jadi menyengsarakan. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif untuk saling memahami kebutuhan satu sama lain dalam hubungan keluarga sesungguhnya mengajari kita untuk bisa sukses dalam pekerjaan. Lebih dari itu, pernikahan yang sukses akan mendorong kita untuk bisa lebih melesat di karir dan pekerjaan. Seluruh orang sukses yang saya tahu mengawali sukses karir mereka dari keluarga. Sehingga saya pikir pernikahan yg sukses patut untuk dicapai.” Apakah Anda membuat pengaturan finansial untuk diri Anda? Apapun jawaban Anda, yang penting itu menggambarkan tanggung jawab dan penilaian yg bagus. “Iya, tentu saja.” atau “Tidak item per item, sih. Yang jelas secara mendasar saya memang membuat perencanaan dan budgeting untuk keperluan pribadi dan keluarga saya. ” Apakah Anda punya tabungan? Hampir Setiap orang pasti punya tabungan, kan. Meskipun isinya cuman tinggal 10 ribu perak, tapi kan ya punya sih Biasanya pertanyaannya nggak sampe nanyakan saldo kok “Iya, saya ada tabungan. Biasanya saya menyisihkan 5 persen dari pemasukan bersih saya untuk ditabung” Apakah Anda sekarang memiliki hutang? Wadoh, ini Semoga saja Anda ndak punya hutang, sehingga njawabnya jadi gampang Jika semisal Anda punya hutang, tunjukkan bahwa Anda tidak sedang berada dalam lilitan hutang yg sedemikian pelik, dan bahwa Anda sedemikian perhitungannya sehingga tidak sembarangan dalam berhutang. “Saya saat ini sedang memiliki tanggungan untuk kontrakan rumah dan motor, tapi yang jelas neraca keuangan keluarga saya masih sehat. Itu karena saya tidak pernah membuat hutang yang itu melebihi kemampuan saya untuk membayarnya” Apakah Anda punya penyakit kronis yang perlu kami ketahui? Semoga saja Anda sedemikian sehatnya sehingga bisa menjawab pertanyaan ini dengan “Tidak” yang lancar. Namun jika Anda memang ada penyakit kronis, cukup katakan saja penyakit yg sekiranya memang akan berpengaruh pada produktivitas kerja Anda, dan juga penyakit2 yang dengan jelas akan terdiagnosa pasca -semisal- Anda nanti diterima. “Tidak, Pak. Saya tidak memiliki penyakit yang sekiranya akan mengganggu produktivitas saya. Saya memang sempat terkena diabetes selama kurang lebih 2 tahun. Namun Alhamdulillah saya mampu mengendalikan dan mendisiplinkan diri sehingga terbukti sampai sekarang saya tak pernah mengalami masalah serius dengan kesehatan dan produktivitas saya.” Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan “Komunikasi Non Verbal” Pengertian & Jenis-Jenis Jadi Anda dulu kuliah di mana? “Saya kuliah di _______, ______ nama kota” Mengapa Anda memilih PT itu? “Saya memilih ______nama PT karena atmosfir kompetitif yg ada di sana dan juga reputasi baik yg dimiliki oleh ______ nama PT. Meskipun saya bisa memilih PT yang lain, _____ nama PT amat menekankan kompetensi praktis dan memfasilitasi aktivitas kemahasiswaan yg relevan dengan rencana karier.” intinya, Anda harus memiliki argumen tentang keunggulan apapun yg PT Anda miliki. Jangan sampai ada kesan Anda masuk ke sana karena terpaksa, meskipun tyt begitu perihal yg sebenarnya. Anda tak boleh biarkan pewancara mengetahuinya Cepat atau lambat, Anda pasti bisa membaca keunggulan PT Anda; entah dosen2nya yg amat suportif, iklim kemahasiswaan yg amat kondusif, pemfasilitasan prestasi mahasiswa, atau apalah yg lain. “Kebanyakan teman SMU saya memilih PT atas pilihan orang tua mereka, namun saya berbeda. Saya tetapkan sendiri di mana saya hendak lanjutkan pendidikan. Meskipun biaya kuliah dari PT pilihan saya relatif lebih mahal dari PT yang lain, tapi justru itu malah bisa mendorong saya untuk bekerja lebih keras. Tidak bisa tidak, saya harus berupaya untuk menghidupi diri sendiri. Pada akhirnya saya merasa puas dg keputusan saya, karena pengalaman saya di ____ nama PT mengajarkan banyak hal seperti kemandirian, manajemen waktu, dan nilai-nilai kerja keras.” Apakah keluarga Anda memiliki pengaruh dalam menentukan pilihan PT Anda? “Keluarga saya tentu memiliki beberapa saran untuk saya, tapi mereka menyadari bahwa saya telah cukup yakin dengan diri sendri dan sudah tahu apa-apa yang saya inginkan. Sehingga mereka pun memberi keleluasaan pada saya. Mereka sepakat dengan pilihan saya asalkan saya membagikan hasil temuan dan riset saya kepada mereka.” Apa yg membuat Anda memilih jurusan _____ ? Jika Anda merasa bahwa pilihan jurusan Anda relevan dengan posisi yg Anda bidik sekarang “Sejak dahulu saya telah mengetahui bahwa bidang ____ sebut saja informatika, sejarah, atau yg lain merupakan bidang di mana saya bisa mengembangkan potensi saya secara maksimal, dan saya tetap bertahan di sana karena memang terbukti bahwa pilihan saya benar. Tidak semua orang merasakan keberuntungan seperti yg saya alami; yakni telah mampu membuat rumusan karier sejak usia 18 tahun. Dan saya bersyukur karenanya.” …atau jika Anda di jurusan tertentu tapi melakukan/mempelajari perihal yg lain “Sewaktu saya berusia 18 tahun, tidak ada yg terlihat lebih penting ketimbang ____ sejarah, sastra inggris, sebut saja. Dan karena dasarnya saya suka belajar, maka saya pun akhirnya memutuskan untuk mengambilnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa saya perlu ilmu lain untuk membantu saya meniti karir.” Apakah Anda sudah merasa membuat pilihan yg benar? Jika memang iya, dan telah membuat titian karir yg relevan dg bidang keilmuan Anda “Iya, tentu saja. Sampai sekarang saya masih merasa puas dg pilihan bidang studi dan karir yg saya titi terkait dengannya.” Atau jika Anda model orang yg berpindah-pindah minat ataupun kerja “Iya, pada waktu itu saya memang merasa telah membuat pilihan yg benar. Saya meyakini nilai dari pendidikan yg telah saya jalani, dan saya terus mencari hal yang lebih dengan melakukan pembelajaran di tempat kerja. Saya cukup merasa bersyukur karena mendapat pengalaman yang kaya di beberapa jenis pekerjaan. Hal itu secara nyata telah meningkatkan kemampuan kreatif dan fleksibilitas saya, karena saya jadi bisa mempelajari pendekatan yg berbeda untuk merampungkan kerja dengan baik.” Bagaimana perkuliahan dan pengalaman magang atau kerja Anda membawa manfaat untuk sekarang? “Pendidikan perkuliahan memberi saya tool untuk meraih sukses. Sementara itu, pengalaman magang mengajarkan saya tentang bagaimana agar bisa merampungkan kerja dengan baik. Saya mendapatkan banyak wawasan dari perkuliahan dan mendapatkan skill untuk menerapkan wawasan itu dari tempat magang dan kerja praktek. Lebih jauh lagi, saya juga mendapatkan kompetensi manajerial dan mentalitas produktif melalui kegiatan organisasi mahasiswa.” “Saya juga mengambil banyak kesempatan untuk melakukan pengembangan diri seperti kuliah tamu, workshop dan seminar. Bahkan ketika perusahaan/orang tua tidak membiayai, saya tetap berusaha mengikuti acara2 pengembangan diri dengan uang pribadi. klo bisa, sebutkan dua jenis training dg materi atau pemateri terkenal” Mengapa Anda tidak melanjutkan kuliah? Ini tentunya adl pertanyaan bagi Anda yg drop out dari kuliah. “Ada dua alasan. Yang pertama adl ketidaksabaran saya untuk segera mencari uang alih-alih sekedar belajar tentang teori. Alasan kedua adl saya merasa senang bila bisa aktif dan produktif. Jadi saya bekerja sebagai part-timer untuk mencukupi biaya hidup bulanan saya, dan saya merasa beruntung bisa bekerja di salah satu perusahaan yg mapan & profesional.” “Bos di tempat kerja selalu inginkan yang lebih dari waktu dan bakat-bakat saya. Dalam banyak kasus, saya bekerja di level yang jauh di atas apa-apa yg sedang saya pelajari di perkuliahan. Akhirnya, saya memutuskan untuk drop out pada tahun ke ___ dan mendedikasikan waktu saya secara full time untuk karir. Saya tidak pernah menyesali keputusan saya itu karena saya terus belajar dan bertumbuh di karir dan pekerjaan saya.” Bagaimana nilai mata kuliah Anda? jika nilai Anda selalu bagus, maka tentu bukan masalah. Tak perlu saya bahas di sini “Nilai saya tergolong rata-rata, namun saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk membuat pencapaian di bidang lain, seperti kerja part-time dan aktivitas kemahasiswaan. Jadi saya dulu pernah menjadi ____, ___, dan terlibat di kepanitiaan besar seperti ___ dan ___. Semua itu memberikan pembelajaran yg amat kaya dalam hal kompetensi manajerial dan mentalitas profesional.” Harap sebutkan tiga hal yang Anda pelajari di perkuliahan yang mana itu kiranya bisa bermanfaat di posisi yg Anda bidik sekarang? “Dari banyaknya mata kuliah yang saya pelajari di kampus, saya melihat bidang yg secara spesifik bisa diterapkan di posisi ini adalah ____, _____, dan ____. Namun sebenarnya saya belajar tidak hanya dari mata perkuliahan, namun juga dari dosen dan rekan-rekan saya. Dari perkuliahan, saya belajar banyak tentang problem solving, bagaimana membuat sebuah sasaran dan kemudian mencapainya, serta bagaimana berkolaborasi dengan orang lain. Seluruh pengalaman yang saya alami selama kuliah sesungguhnya telah memberikan sumbangsih yg amat besar bagi saya.” PERTANYAAN PEWAWANCARA 1. “Mari kita mulai dengan menceritakan tentang siapa Anda.” Pilihlah jawaban yang paling kuat. A Saya lahir di Bandung. Ibu saya usaha katering dan ayah saya seorang dosen. Selepas SMA saya kuliah di UGM jurusan akuntansi. Saya sudah bekerja selama 5 tahun di perusahaan asing sebagai asisten auditor. Kemudian saya pindah ke bank swasta nasional dan bekerja 2 tahun sebagai auditor internal. Dan di perusahaan terakhir ini saya baru bekerja selama setahun sebagai manajer keuangan. B Saya pernah bekerja di bidang pelayanan pelanggan selama 7 tahun. Dalam pekerjaan terakhir, saya memimpin sebuah tim beranggotakan 8 orang. Saya memiliki kemampuan komunikasi dan hubungan antarpersonal yang luar biasa, dan itulah yang memungkinkan saya bekerja dengan orang banyak pada beragam tingkatan. Saya punya latar belakang bekerja di perusahaan besar maupun kecil. Keunggulan saya adalah kemampuan dalam mengorganisasi dan mengoordinasikan proyek untuk memastikan agar tenggat waktu terpenuhi. C Senang sekali. Apakah Anda ingin mengetahui kehidupan pribadi saya atau pengalaman kerja saya? Mana yang Anda inginkan? EVALUASI JAWABAN Jawaban Terkuat B Jawaban ini paling kuat karena ia menampilkan ringkasan yang bagus tentang apa yang harus Anda tawarkan. Sang pewawancara mengetahui berapa tahun pengalaman Anda, jenis-jenis perusahaan di mana Anda pernah bekerja, dan apa yang menjadi keunggulan Anda berkaitan dengan pekerjaan itu. Di dalam jawaban itu juga terdapat kombinasi antara kemampuan berbasis pengetahuan, kemampuan yang dapat ditransfer transferable skills dan watak pribadi Anda. Di sini tampak bahwa Anda sedang berupaya menampilkan kesan yang bagus tentang diri Anda. Jawaban Pertengahan A Jawaban ini benar adanya, namun tidak sekuat jawaban B. Ini adalah model jawaban yang mengacu pada resume atau CV “Saya lahir, masuk universitas, dan bekerja.” Akan lebih bagus jika Anda memberikan informasi yang lebih detail dan spesifik, seperti jenis perusahaan tempat Anda pernah bekerja. Jawaban yang ideal berisi gambaran yang ringkas dan padat tentang diri Anda sekarang ini. Jawaban Terlemah C Ini jawaban paling umum namun lemah. Jawaban ini tidak menunjukkan persiapan atau perencanaan sesuai yang ingin diketahui pewawancara. BERILAH PENILAIAN PADA DIRI ANDA Bila Anda memilih jawaban B, beri nilai diri Anda 5 poin. Bila Anda memilih jawaban A, beri nilai diri Anda 3 poin. Bila Anda memilih jawaban C, beri nilai diri Anda 0 poin. _____ 2. “Mengapa Anda meninggalkan—atau mengapa Anda berencana meninggalkan—pekerjaan terakhir Anda?” Pilihlah jawaban yang paling kuat. A Perusahaan melakukan reorganisasi, dan departemen saya dihapus. Pekerjaan mulai membingungkan, dan itu tidaklah mengejutkan. Saya menyukai pekerjaan saya dan orang-orang yang bekerja dengan saya, sehingga saya berharap hal itu tidak mempengaruhi kami, tetapi sayangnya kami semua harus pergi. Saya akan mencari pekerjaan yang sama dengan pekerjaan itu. B Saya sedang mencari tantangan baru. Saya telah bekerja di perusahaan itu selama 2 tahun dan tidak mendapati pekerjaan itu semenarik yang pernah saya lakukan. Saya mencari sebuah perusahaan di mana saya dapat menghadapi tantangan-tantangan baru dan berkembang. Pekerjaan saya yang sekarang ini benar-benar sudah buntu bagi saya. C Karena tidak ada peluang lagi di perusahaan itu, saya akhirnya memutuskan bahwa inilah waktunya untuk mencari pekerjaan baru. Saya telah menetapkan beberapa jenjang karir untuk diri saya dan itu tidak dapat saya capai di perusahaan itu. Yang saya cari adalah sebuah pekerjaan di perusahaan besar di mana saya dapat memberikan kontribusi, namun juga dapat menjajaki jalan karir yang memiliki lebih banyak tanggung jawab. EVALUASI JAWABAN Jawaban Terkuat A Inilah jawaban terkuat, bukan karena perampingan itu, melainkan adanya kesan kemantapan. Anda menyukai apa yang Anda lakukan dan berharap perampingan itu tidak terjadi. Dengan kata lain, jika masalah itu tidak berada di luar kendali Anda, Anda masih berada di sana. Jawaban ini mengisyaratkan adanya sikap yang bagus terhadap kejadian yang tidak menguntungkan. Jawaban Pertengahan C Ini jawaban yang dapat diterima. Memang alamiah mencari tanggung jawab yang lebih, sebagaimana halnya dapat diterima untuk meninggalkan sebuah pekerjaan. Seorang pewawancara yang ahli akan melanjutkannya dengan pertanyaan tentang tujuan-tujuan karir Anda dan mengapa Anda beranggapan hal itu dapat Anda peroleh di perusahaan yang baru. Sudah siapkah Anda untuk menjawab pertanyaan itu? Jawaban Terlemah B Inilah jawaban terlemah karena terdengar klise. Salah satu jawaban paling umum untuk pertanyaan ini adalah bahwa Anda “sedang mencari tantangan.” Seorang pewawancara mungkin akan beranggapan bahwa jika Anda bosan pada pekerjaan terakhir, Anda akan menganggap pekerjaan ini juga membosankan, atau setidaknya tidak cukup “menantang” lagi. BERILAH PENILAIAN PADA DIRI ANDA Bila Anda memilih jawaban A, beri nilai diri Anda 5 poin. Bila Anda memilih jawaban C, beri nilai diri Anda 3 poin. Bila Anda memilih jawaban B, beri nilai diri Anda 0 poin. 3. “Mengapa Anda ingin bekerja di sini?” Pilihlah jawaban yang paling kuat. A Saya melakukan riset dan memilih perusahaan-perusahaan yang paling membuat saya tertarik, dan perusahaan Anda berada di puncak daftar saya. Saya melakukan riset itu berdasarkan reputasi perusahaan, tingkat kehandalan produknya, dan stabilitas industri. Demikian juga bagaimana karyawan-karyawannya memandang pekerjaan di perusahaan melakukan pekerjaan yang terbaik ketika tujuan dan nilai-nilai saya selaras dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan. Saya tahu bahwa saya dapat menyesuaikan diri dengan kultur perusahaan dan memiliki banyak kontribusi. B Saya melihat lowongan kerja itu di internet. Pekerjaan ini sangat tepat untuk keahlian dan kemampuan saya. Saya melihat ini sebagai kesempatan nyata untuk menemukan tantangan. Saya ingin bekerja untuk perusahaan di mana saya dapat tumbuh, berkembang, dan tertantang. Saya mencari perusahaan dengan catatan finansial yang solid dan prestasi industri—seperti perusahaan Anda. Saya tahu saya akan cocok di sini dan mampu “menyatu sampai ke dasar.” C Ketika saya melihat lowongan itu di koran, saya sadar itulah pekerjaan yang tepat untuk saya. Saya adalah penggemar produk kain Anda dan selalu membelinya di toko. Saya akan senang sekali dapat bekerja di sini. Sangat penting bagi saya bahwa perusahaan tempat saya bekerja mempunyai reputasi dan produk yang bagus. Saya melihat ini sebagai kesempatan besar bagi saya untuk bekerja di perusahaan besar yang benar-benar saya kagumi. EVALUASI JAWABAN Jawaban Terkuat A Inilah jawaban paling kuat, karena menggambarkan perencanaan dan kontrol di pihak Anda. Bukan sekadar sikap “ada lowongan dan saya akan melamar.” Anda menunjukkan bahwa Anda mengetahui apa yang Anda inginkan dan bagaimana Anda mendapatkannya. Anda memilih perusahaan ini dengan melakukan riset dan mengecek bagaimana karyawan menilai perusahaan itu. Jawaban ini menunjukkan keyakinan pada keahlian dan kemampuan Anda untuk menyesuaikan diri dengan kultur perusahaan tersebut. Namun harus diperhatikan, terlalu percaya diri over confidence bisa menimbulkan masalahbesar sebagaimana kekurangan kepercayaan diri. Jawaban Pertengahan C Inilah jawaban yang sangat umum. Jawaban ini memberi tekanan pada “Anda” dan apa yang bisa Anda dapatkan dari peluang itu. Meskipun menjadi pengagum atau pelanggan sebuah perusahaan adalah bagus dari kacamata konsumen, namun akan lebih kuat jika Anda menambahkan hal-hal spesifik yang Anda kagumi, misalnya favorit yang mereka buat atau cara mereka mengalahkan kompetitor—sesuatu yang mengindikasikan bagaimana peran Anda sebagai konsumen memiliki kaitan dengan pekerjaan yang Anda cari. Menjadi pengagum atau pelanggan tidak memberi nilai tambah dari kacamata pewawancara. Sedikit merayu tidak apalah, namun ingat Anda sedang melihat sisi bisnis itu bukan dari sisi konsumen. Jawaban Terlemah B Inilah terlemah. Penekanan ada pada “Apa tujuan Anda—mencari tantangan, tumbuh, dan berkembang.” Dasar dari proses wawancara adalah “Apa yang dapat Anda lakukan terhadap perusahaan?” bukan “Apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk Anda?” BERILAH PENILAIAN PADA DIRI ANDA Bila Anda memilih jawaban A, beri nilai diri Anda 5 poin. Bila Anda memilih jawaban C, beri nilai diri Anda 3 poin. Bila Anda memilih jawaban B, beri nilai diri Anda 0 poin 4. “Apa tujuan yang hendak Anda capai?” Pilihlah jawaban yang paling kuat. A. Tujuan saya adalah bekerja untuk perusahaan di mana saya dapat tumbuh dan akhirnya menjadi seorang manajer marketing. Saya ingin memimpin sebuah tim yang terdiri dari orang-orang terampil dan memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan. Saya tertarik pada perusahaan yang berpikiran ke depan dan berorientasi pada pertumbuhan. B. Saya ingin bekerja di sebuah departemen yang mempercayai pelatihan lintas fungsi. Saya beranggapan bahwa itulah cara terbaik untuk belajar dan melihat gambaran yang lebih besar dalam sebuah perusahaan. Pada akhirnya, saya berharap kembali ke sekolah untuk mendapatkan gelar MBA. Saya pikir itu akan memperluas ilmu saya, sehingga suatu hari saya dapat memiliki perusahaan konsultan sendiri, yang bekerja secara nasional maupun internasional. C. Saya membagi tujuan ke dalam tujuan-tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang di kepala. Saat ini saya mencari sebuah posisi dalam sebuah perusahaan dengan catatan prestasi yang solid. Saya ingin memberikan kontribusi pengalaman-pengalaman saya di bidang ini. Tujuan jangka panjang akan bergantung pada perjalanan karir yang ada di perusahaan ini. Idealnya, saya ingin berkembang secara progresif dalam sebuah perusahaan. EVALUASI JAWABAN Jawaban Terkuat C. Inilah jawaban terkuat di antara tiga pilihan. Karena ini adalah pertanyaan terbuka, tidak ada jawaban benar atau salah. Jawaban ini adalah yang terbaik karena sifatnya yang terbuka atas peluang pertumbuhan, namun tidak membuat tujuan Anda tampak tidak realistis, kaki atau spesifik. Jawaban Pertengahan A. Masalah yang berkaitan dengan jawaban ini adalah terlalu spesifik dan dapat menjadi faktor yang tidak menguntungkan jika perusahaan tidak memiliki jenjang karir yang memungkinkan seorang karyawan mencapai tujuan ini. Lebih baik Anda menghindari jawaban-jawaban yang sempit atau tidak fleksibel. Jawaban Terlemah B. Jawaban ini awalnya bagus, namun kemudian agak senonoh. Meski jujur, jawaban ini akan mengecewakan sang pewawancara. Pihak perusahaan sedang mencari seseorang yang bersedia bertahan dan memberikan kontribusi pada perusahaan. Bukanlah tujuan perusahaan itu untuk menyewa seseorang dan melatihnya untuk menjadi pesaing di kemudian hari. BERILAH PENILAIAN PADA DIRI ANDA Bila Anda memilih jawaban C, beri nilai diri Anda 5 poin. Bila Anda memilih jawaban A, beri nilai diri Anda 3 poin. Bila Anda memilih jawaban B, beri nilai diri Anda 0 poin. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
Pedomanini disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara. Misalnya untuk mengetahui pemahaman siswa (hasil belajar) atau mengetahui pendapat siswa mengenai kemampuan mengajar yang dilakukan guru. 2) Berdasarkan tujuan tentukan aspek-aspek yang akan diungkap melalui wawancara tersebut.
Apa yang dimaksud dengan wawancara? Wawancara adalah proses tanya jawab untuk memperoleh informasi dan data. Foto merupakan tahapan penting bagi sebagian orang, khususnya para pelamar kerja. Lantas, apa yang dimaksud dengan wawancara?Wawancara secara sederhana dapat diartikan proses tanya jawab yang dilakukan oleh satu pihak dan pihak lainnya untuk tujuan tidak hanya dilakukan pada pekerjaan, tetapi juga digunakan pada beberapa bidang lainnya. Contohnya, wawancara digunakan sebagai metode penelitian, proses pembuatan berita, dan ini akan membahas secara rinci mengenai wawancara lebih lanjut, mulai dari pengertian, unsur, hingga cara menyusun laporan hasil WawancaraPengertian wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan keterangan atau pendapatnya untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Foto dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, wawancara memiliki beberapa arti, di antaranyaTanya jawab dengan seseorang pejabat dan sebagainya yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisiTanya jawab direksi kepala personalia, kepala humas perusahaan dengan pelamar pekerjaanTanya jawab peneliti dengan dari buku Top Sukses Pendalaman Materi SMP/MTs Kelas VII karya Tim Smart Nusantara, wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan maksud dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses yang dilakukan untuk mencari data dan informasi terkait suatu hal, baik secara langsung maupun tidak WawancaraSalah satu unsur wawancara yang penting adalah pewawancara. Foto merupakan proses pengumpulan informasi dengan tujuan tertentu. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, ada beberapa unsur dalam proses wawancara yang perlu dari buku Top Book SMP Kelas VIII yang ditulis oleh Tim Sigma, berikut macam-macam unsur adalah orang yang membutuhkan informasi yang pada umumnya berperan sebagai orang yang memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam proses wawancara. Pewawancara juga bertugas untuk membuat daftar pertanyaan yang ingin ditanyakan pada narasumber adalah orang yang memiliki posisi sebagai pemberi informasi atau informan dan biasanya menjadi orang yang ditanyakan oleh pewawancara. Narasumber dalam wawancara biasanya ditentukan melalui pengukuran tentang keterkaitannya dengan suatu topik yang ingin narasumber adalah tokoh, ahli, orang yang terkait dengan suatu peristiwa, orang biasa, dan wawancara adalah salah satu unsur penting yang diperlukan dalam suatu wawancara. Unsur ini berperan sebagai pokok pembahasan dalam wawancara sekaligus sebagai pembatas dalam hal-hal yang dibicarakan agar tidak keluar dari konteks dan tujuan yang telah dan tempat adalah unsur wawancara yang berkaitan dengan kapan dan di mana wawancara akan dilakukan. Hal ini harus disepakati antara pewawancara dan narasumber agar mendapatkan kepastian sehingga sama-sama bisa melakukan wawancara dengan WawancaraSalah satu bentuk wawancara adalah terencana-terstruktur yang membacakan pertanyaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan pada pedoman wawancara. Foto memiliki banyak bentuk yang didasarkan pada perbedaan jenisnya. Dilihat dari proses perencanaannya, wawancara dibagi menjadi tiga Prof. Dr. A. Muri Yusuf, dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, berikut bentuk-bentuk dari Wawancara Terencana-TerstrukturWawancara terencana-terstruktur adalah jenis wawancara yang persiapannya dilakukan dengan matang. Pada jenis wawancara ini, seorang pewawancara harus membuat pertanyaan menggunakan format baku dan ini dikatakan terstruktur sebab penanya atau pewawancara hanya dapat membacakan pertanyaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan pada pedoman Wawancara Terencana-Tidak TerstrukturWawancara terencana-tidak terstruktur adalah jenis wawancara yang sama dengan bentuk wawancara sebelumnya, yaitu telah mempersiapkan pedoman wawancara dengan baik dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang ingin perbedaan terletak pada pengembangan daftar pertanyaan tersebut. Jenis wawancara tidak terstruktur dapat menanyakan beberapa pertanyaan yang tidak ada dalam pedoman wawancara, tetapi masih dalam konteks pembahasan yang sesuai dengan tema yang bebas adalah wawancara yang dilakukan tanpa ada pedoman wawancara yang telah disusun dan direncanakan sehingga penanya akan memberikan pertanyaan secara bebas sesuai dengan topik yang ingin Menyusun Pertanyaan WawancaraIlustrasi seseorang melakukan cara menyusun pertanyaan wawancara. Foto wawancara harus disusun dengan baik dan benar sehingga dapat menghasilkan pertanyaan yang runtut, jelas, dan mudah untuk dipahami oleh narasumber atau Buatlah Pertanyaan sesuai dengan Topik WawancaraLangkah pertama adalah membuat pertanyaan yang disesuaikan dengan topik wawancara dan tentunya dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh Menyusun Kalimat Tanya dengan EfektifSetelah mengetahui pertanyaan apa yang ingin ditanyakan, langkah selanjutnya adalah menyusun kalimat tersebut menggunakan kalimat tanya yang efektif singkat, padat, dan jelas agar tidak membingungkan Gunakan Satu Pertanyaan untuk Satu InformasiPastikan bahwa pertanyaan yang telah dibuat sebaiknya digunakan untuk memperoleh satu informasi saja. Hal ini untuk menghindari kerancuan informasi yang dihasilkan dari Konsultasikan Pertanyaan WawancaraApabila pertanyaan wawancara telah disusun dengan baik dan benar, langkah terakhir adalah konsultasikan daftar pertanyaan yang telah dibuat dengan seorang ahli atau yang paham tentang teknik terakhir ini bersifat opsional, tetapi sebaiknya dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan wawancara Membuat Laporan WawancaraIlustrasi seseorang melakukan cara membuat laporan wawancara. Foto laporan hasil wawancara adalah langkah terakhir yang dilakukan dalam proses wawancara untuk menarik kesimpulan dari informasi yang telah diperoleh bagaimana cara membuat laporan wawancara? Laporan wawancara disusun sesuai dengan sistematikanya. Adapun langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil wawancara adalah sebagai pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan berupa memastikan bahwa pewawancara mengetahui sistematika penulisan laporan hasil wawancara, memastikan bahwa seluruh pertanyaan telah terjawab, dan mengecek kembali data yang telah Menyusun Laporan Hasil WawancaraApabila pada tahapan persiapan tidak ditemukan kesalahan atau masalah, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan hasil wawancara. Laporan hasil wawancara sendiri disusun dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami dan sesuai dengan hasil wawancara dapat disusun berdasarkan sistematikanya dengan cara berikutLatar belakang menyusun latar belakang dilakukan dengan cara menuliskan hal yang melatarbelakangi wawancara wawancara menuliskan tujuan yang ingin dicapai sehingga akhirnya melakukan wawancara dan pokok pembahasan wawancara jelaskan tema atau topik yang dibahas saat wawancara dan tempat wawancara tuliskan waktu dan tempat wawancara dari wawancara menggambarkan secara rinci yang berisi informasi terkait siapa saja nama narasumber hingga rincian tanya jawab dalam bentuk wawancara simpulkan hasil wawancara berdasarkan informasi atau data yang telah hasil wawancara tuliskan saran dan masukan tentang informasi yang Periksa Kembali Laporan yang Telah DibuatLangkah berikutnya adalah memeriksa kembali laporan yang telah dibuat, mulai dari kaidah kebahasaannya, data-data dan informasi yang digunakan, dan lain-lain. Apabila masih memiliki kekurangan, segera lakukan revisi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terakhir dalam menyusun laporan hasil wawancara adalah melakukan evaluasi akhir setelah melakukan beberapa revisi dari laporan sebelum dipublikasikan atau yang dimaksud dengan wawancara?Apa tujuan kita melakukan wawancara?Apa pengertian narasumber dalam wawancara?
Formatini bermanfaat bagi mereka yang tidak berlatih dalam wawancara. Sedangkan berdasarkan jenis topik yang dapat ditanyakan dalam wawancara, Patton mencatat enam jenis pertanyaan. Orang dapat bertanya tentang: Perilaku - tentang apa yang telah atau sedang dilakukan seseorang Opini/nilai-tentang apa yang dipikirkan seseorang tentang suatu topik
Ketika hasil wawancara telah selesai, bagaimana cara membuat wara-wara hasil wawanrembuk yang benar? Laporan hasil temu duga memang sangat terdepan sehingga harus disusun dengan baik dan benar. Seperti yang diketahui bahwa wawancara dapat dilakukan dengan pihak mana sahaja sesuai dengan ketentuan. Wawansabda koteng terbagi menjadi beberapa jenis. Diantaranya yakni tanya jawab sah, singularis, konferensi, dan yang lainnya. Sebelum mengamalkan wawansabda, ada sejumlah situasi yang teradat dipersiapkan, salah satunya adalah materi yang akan digunakan kerjakan temu ramah. Sebelum takhlik laporan hasil wawancara, tentunya diperlukan proses wawancara terlebih tinggal. Berikut ini peristiwa-keadaan yang mesti dilakukan ketika ingin mengamalkan proses wawancara. 1. Menentukan tema atau topik musyawarah 2. Menentukan ki akal bahasan nan nantinya akan ditanyakan kepada narasumber 3. Memformulasikan sebuah daftar pertanyaan nan baik dan bersistem 4. Seterusnya adalah menyiapkan alat panitera, alat catat, dan perangkat lain nan digunakan bikin kontributif proses wawancara 5. Melakukan proses wawancara dengan baik dan sopan sesuai dengan topik bahasan. Sikap nan harus dimiliki tentunya moralistis dan santun 6. Mempersoalkan hasil wawancara yang sudah dilakukan. Beberapa langkah diatas lewat diperlukan intern proses wawancara. Dengan begitu, hasil wawancara akan lebih baik. Begitupun dengan penyusunan laporan hasil wawancaranya. Dalam menciptakan menjadikan laporan, tentunya ada beberapa sub atau judul nan harus dicantumkan. Begitupun detik membuat laporan hasil wawancara dengan narasumber. Berikut ini cara-cara yang bisa dilakukan untuk membentuk pesiaran hasil wawancara. Keseleo satu bagian yang penting cak bagi dicantumkan adalah latar pinggul berbunga pembuatan interviu tersebut. Berangkat berpunca deskripsi suasana dan kejadian saat wawancara. Kemudian alasan mengambil topik pembicaraan tersebut. Kaidah menciptakan menjadikan laporan hasil wawanrembuk yang lebih jauh pun harus mengedepankan tujuan interviu. Dimana di dalamnya terdaftar tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah konsultasi. Bagian ini menyambung topik perundingan maupun tema yang akan dibahas dalam wawancara. Sehingga topik pembicaraan harus disusun dengan bermoral. Selanjutnya adalah merintih hari dan tempat temu duga. Internal laporan hasil wawancara, bagian ini lewat terdepan. Sebab, waktu dan ajang sangat membuktikan objektivitas dengar pendapat. Dalam laporan hasil wawanrembuk, bagian pentingnya yakni hasil dengar pendapat yang mencakup narasumber, kali yang mewawancarai, hingga transkrip hasil temu ramah nan dilakukan. Selanjutnya ialah bagian inferensi nan berisi mengenai seluruh ulasan hasil wawancara tersebut. Bagian selanjutnya yakni saran yang berisi mengenai saran adapun hasil soal jawab tersebut. Dimana saran tersebut ditujukan kepada narasumber dan pewawancara. Cara membuat warta hasil wawancara bisa sira lihat pada ulasan diatas. Peristiwa yang terpenting adalah sangkutan episode privat pengetahuan. Detik hasil dengar pendapat sudah selesai, bagaimana cara menciptakan menjadikan laporan hasil soal jawab nan bermartabat? Laporan hasil temu ramah memang suntuk berjasa sehingga harus disusun dengan baik dan benar. Seperti yang diketahui bahwa dengar pendapat bisa dilakukan dengan pihak mana belaka sesuai dengan ketentuan. Temu duga sendiri terbagi menjadi beberapa jenis. Diantaranya yaitu wawancara konvensional, individual, konferensi, dan yang lainnya. Sebelum berbuat wawancara, cak semau sejumlah hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya adalah materi yang akan digunakan untuk interviu. Sebelum menciptakan menjadikan kenyataan hasil temu ramah, tentunya diperlukan proses tanya jawab terlebih dahulu. Berikut ini hal-hal nan mesti dilakukan ketika ingin mengamalkan proses tanya jawab. 1. Menentukan tema atau topik pembicaraan 2. Menentukan pokok bahasan yang nantinya akan ditanyakan kepada narasumber 3. Menyusun sebuah daftar pertanyaan yang baik dan sistematis 4. Selanjutnya adalah menyiapkan radas perekam, alat tulis, dan perlengkapan tak yang digunakan buat kondusif proses wawancara 5. Melakukan proses wawancara dengan baik dan benar sesuai dengan topik bahasan. Sikap yang harus dimiliki tentunya bersusila dan santun 6. Mendiskusikan hasil wawancara nan telah dilakukan. Beberapa anju diatas silam diperlukan kerumahtanggaan proses wawancara. Dengan sejenis itu, hasil wawancara akan lebih baik. Begitupun dengan penyusunan laporan hasil wawancaranya. Dalam membuat laporan, tentunya ada bilang sub atau judul yang harus dicantumkan. Begitupun momen membuat laporan hasil wawancara dengan narasumber. Berikut ini cara-mandu yang bisa dilakukan bakal membuat laporan hasil wawanrembuk. Pelecok satu bagian yang bermakna buat dicantumkan yaitu rataan belakang terbit pembuatan wawansabda tersebut. Menginjak dari deskripsi suasana dan situasi ketika temu ramah. Kemudian alasan menjeput topik pembicaraan tersebut. Cara membuat laporan hasil wawancara nan selanjutnya juga harus membentangkan pamrih konsultasi. Dimana di dalamnya terjadwal tujuan yang hendak dicapai privat sebuah dengar pendapat. Adegan ini mencantumkan topik musyawarah alias tema yang akan dibahas dalam dengar pendapat. Sehingga topik pembicaraan harus disusun dengan benar. Lebih jauh adalah merintih waktu dan tempat soal jawab. Dalam permakluman hasil wawancara, babak ini silam utama. Sebab, waktu dan tempat sangat membuktikan kenetralan dengar pendapat. Privat laporan hasil soal jawab, bagian pentingnya ialah hasil temu ramah nan mencengam narasumber, mana tahu nan mewawancarai, setakat transkrip hasil tanya jawab yang dilakukan. Lebih lanjut adalah bagian deduksi yang mandraguna tentang seluruh ulasan hasil wawancara tersebut. Episode selanjutnya adalah saran yang weduk akan halnya saran mengenai hasil temu duga tersebut. Dimana saran tersebut ditujukan kepada narasumber dan pewawancara. Cara membuat deklarasi hasil temu duga boleh kamu tatap puas ulasan diatas. Keadaan yang terpenting yaitu koalisi adegan dalam pengumuman. Selasa, 19 Oktober 2022 1030 WIB Cara menggambar laporan hasil wawancara sesuai dengan materi tuntunan tematik kelas 4 SD. – Teman-teman, pernahkah sira melakukan wawancara lakukan tugas sekolah? Tanya jawab adalah tanya jawab dengan seseorang nan diperlukan bagi dimintai keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal. Pada pelajaran tematik papan bawah 4 SD tema 3 sebelumnya, kamu sudah lalu mempelajari mengenai wawancara dan persiapannya. Detik engkau sudah lalu berhasil mengamalkan wawancara, selanjutnya hal nan harus dilakukan, yaitu membuat laporan hasil wawancara. Dengan wara-wara yang sudah didapatkan berpangkal narasumber, kita harus merumuskan deklarasi hasil temu ramah dengan benar. Baca Juga Cari Jawaban Inferior 4 SD Tema 3, Segala yang Harus Dipersiapkan dalam Mengamalkan Wawancara? Adv amat, bagaimana cara menulis laporan hasil wawancara yang benar? Mari, simak penjelasannya berikut ini. 1. Menulis Latar Belakang Satah bokong wawancara ialah alasan kita mengerjakan temu ramah bersama narasumber. Misalnya, dia melalukan dengar pendapat mengenai pokok kayu padi atau pertumbuhan jagung. Kami siswa kelas 4 mendapatkan tugas cak bagi melakukan wawancara tentang pertumbuhan jagung yang ada di sekitar tempat sangat kami. Designed by slidesgo / Freepik Mandu menulis laporan hasil tanya jawab sesuai dengan materi latihan tematik kelas 4 SD. – Teman-antagonis, pernahkah kamu melakukan temu ramah untuk tugas sekolah? Soal jawab adalah tanya jawab dengan seseorang nan diperlukan untuk dimintai mualamat atau pendapatnya akan halnya suatu hal. Pada pelajaran tematik kelas 4 SD tema 3 sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang dengar pendapat dan persiapannya. Momen kamu sudah berhasil melakukan wawancara, selanjutnya kejadian nan harus dilakukan, yakni membentuk laporan hasil wawancara. Dengan pengumuman yang sudah didapatkan dari narasumber, kita harus menyusun pengetahuan hasil tanya jawab dengan benar. Baca Pun Cari Jawaban Kelas 4 SD Tema 3, Apa nan Harus Dipersiapkan dalam Berbuat Temu ramah? Lewat, bagaimana kaidah menulis laporan hasil wawansabda yang bermoral? Silakan, simak penjelasannya berikut ini. 1. Menulis Latar Belakang Bidang belakang konsultasi yaitu alasan kita melakukan wawancara bersama narasumber. Misalnya, anda melalukan interviu mengenai tumbuhan pari atau pertumbuhan milu. Kami siswa kelas 4 mendapatkan tugas lakukan mengamalkan wawancara tentang pertumbuhan jagung yang ada di selingkung tempat sangat kami. Detik hasil wawancara telah selesai, bagaimana cara mewujudkan laporan hasil temu duga yang bersusila? Laporan hasil wawancara memang sangat bermakna sehingga harus disusun dengan baik dan etis. Seperti yang diketahui bahwa wawancara boleh dilakukan dengan pihak mana semata-mata sesuai dengan kadar. Dengar pendapat sendiri terbagi menjadi bilang diversifikasi. Diantaranya merupakan wawancara lazim, individual, konferensi, dan yang lainnya. Sebelum melakukan wawancara, terserah beberapa hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya adalah materi yang akan digunakan untuk wawancara. Sebelum membuat laporan hasil dengar pendapat, tentunya diperlukan proses dengar pendapat terlebih dahulu. Berikut ini hal-peristiwa nan terbiasa dilakukan ketika ingin mengamalkan proses soal jawab. 1. Menentukan tema atau topik musyawarah 2. Menentukan pokok bahasan nan nantinya akan ditanyakan kepada narasumber 3. Menyusun sebuah daftar tanya yang baik dan berstruktur 4. Seterusnya adalah menyiapkan alat penulis, instrumen tulis, dan perangkat bukan yang digunakan untuk mendukung proses wawancara 5. Melakukan proses dengar pendapat dengan baik dan bersusila sesuai dengan topik bahasan. Sikap yang harus dimiliki tentunya sopan dan santun 6. Mempersalahkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Sejumlah awalan diatas sangat diperlukan dalam proses wawancara. Dengan seperti itu, hasil temu ramah akan lebih baik. Begitupun dengan penyusunan laporan hasil wawancaranya. N domestik takhlik pengumuman, tentunya terserah sejumlah sub atau judul yang harus dicantumkan. Begitupun ketika membuat pemberitaan hasil wawancara dengan narasumber. Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan cak bagi mewujudkan laporan hasil temu ramah. Salah satu bagian yang terdepan bakal dicantumkan ialah permukaan belakang dari pembuatan temu ramah tersebut. Menginjak berpunca deskripsi suasana dan peristiwa ketika konsultasi. Kemudian alasan mengambil topik pembicaraan tersebut. Prinsip membentuk laporan hasil wawancara yang selanjutnya juga harus menampilkan tujuan wawancara. Dimana di dalamnya tertera tujuan yang hendak dicapai privat sebuah wawancara. Bagian ini mencantumkan topik pembicaraan atau tema nan akan dibahas intern wawancara. Sehingga topik pembicaraan harus disusun dengan bersusila. Selanjutnya adalah mengeluh waktu dan tempat wawancara. Dalam laporan hasil wawancara, bagian ini sangat signifikan. Sebab, musim dan panggung dahulu membuktikan keobjektifan wawancara. Dalam laporan hasil konsultasi, bagian pentingnya ialah hasil wawancara yang mencakup narasumber, kelihatannya yang mewawancarai, setakat transkrip hasil wawancara yang dilakukan. Selanjutnya yakni fragmen kesimpulan nan berisi tentang seluruh ulasan hasil dengar pendapat tersebut. Bagian selanjutnya adalah saran yang berisi tentang saran mengenai hasil wawancara tersebut. Dimana saran tersebut ditujukan kepada narasumber dan pewawancara. Prinsip membuat proklamasi hasil konsultasi bisa anda lihat pada ulasan diatas. Peristiwa yang terpenting adalah susunan bagian dalam laporan. Maklumat wawancara merupakan pengarsipan positif goresan nan terbit terbit percakapan dengan narasumber. Sekadar tahukah beliau jawaban dari tanya tuliskan tiga kejadian yang harus dicantumkan n domestik laporan hasil wawancara? Pada uraian ini akan memaparkan adegan awal pada pemberitahuan hasil wawancara, Juga apa yang perlu dicantumkan dalam hasil wawancara. Simak pada penjelasan berikut ini. Sejenis ini Jawaban Dari Tuliskan Tiga Hal yang Harus Dicantumkan Internal Laporan Hasil Wawancara Dalam penulisan laporan, sira bisa membaginya ke dalam 3 section seperti bab atau sekedar heading aja. Sebelum mencantumkan ketiga poin utama ini, jangan lupa cantumkan Titel Embaran beserta tanda kamu pada fragmen cover. Bagian paling kecil semula pada pemberitaan hasil wawancara yaitu portal pendahuluan. Lazimnya gapura ini berisikan kejadian mendasar semenjak kegiatan wawancara ia. Setelah pendahuluan, engkau bisa mengaduh permukaan belakang atau sumber akar kamu melakukan wawancara. Kemudian cantumkan waktu pelaksanaan, arena melakukan dengar pendapat, jumlah pesuluh tanya jawab, dan harapan bersumber kegiatan wawancara. Lalu, apakah yang teragendakan dalam bagian hasil wawancara? Pada bagian ini umumnya berisi hasil wawansabda dan pengamatan di lokasi kegiatan wawancara berlangsung. Kamu bisa menampilkan intern bentuk grafik atau tabel buat mempermudah memahami hasil wawancara. Engkau sekali lagi bisa menyajikan isi dan pembahasan dengan format pertanyaan habis sertakan penali berasal jawaban tanya tersebut. Lega bagian ini anda sebaiknya melaporkan hasil wawancara berlandaskan fakta sonder menulis opini kamu. Peristiwa bungsu yang dituliskan sreg laporan hasil wawancara yaitu bab Pengunci. Biasanya pintu ini berisikan konklusi intiha dari seluruh hasil wawansabda. Tak pelik juga sejumlah orang mencantumkan saran. Kamu bisa menyorongkan beberapa arahan sehabis berbuat kegiatan wawancara ini kepada pembaca. Jangan lupa melampirkan foto sepanjang kegiatan wawancara berlantas, sebagai bukti bahwa anda serius sudah melakukan wawancara. Apakah kamu sudah memahami jawaban dari cak bertanya tuliskan tiga keadaan nan harus dicantumkan privat laporan hasil wawancara? Kesimpulannya 3 poin yang terdepan buat dilaporkan sebagai hasil wawancara yakni bab pendahuluan, isi dan pembahasan, serta penghabisan. Kost Denpasar Bali Harga Murah Kost Surabaya Harga Murah Kost Semarang Harga Murah .
  • t280bxyqh5.pages.dev/896
  • t280bxyqh5.pages.dev/82
  • t280bxyqh5.pages.dev/389
  • t280bxyqh5.pages.dev/594
  • t280bxyqh5.pages.dev/48
  • t280bxyqh5.pages.dev/317
  • t280bxyqh5.pages.dev/688
  • t280bxyqh5.pages.dev/945
  • t280bxyqh5.pages.dev/594
  • t280bxyqh5.pages.dev/632
  • t280bxyqh5.pages.dev/12
  • t280bxyqh5.pages.dev/584
  • t280bxyqh5.pages.dev/147
  • t280bxyqh5.pages.dev/290
  • t280bxyqh5.pages.dev/430
  • pertanyaan dalam wawancara disusun berdasarkan